Peran Clostridium Botulinum dalam Kehidupan Sehari-hari

Seperti kita ketahui, Clostridium botulinum adalah bakteri yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Pada awalnya bakteri ini berhabitat asli dari ekosistem tanah namun kini lebih dikenal sebagai bakteri penyebab keracunan (botulism). Dapat dibayangkan, bakteri ini menginfeksi manusia melalui jalur pencernaan.

Bahaya Clostridium Botulinum

Bakteri anaerobik ini menghasilkan neurotoksin terkuat di dunia sampai saat ini yang dikenal dengan nama toksin botulinum. Bayangkan saja, kematian pada manusia dapat terjadi hanya dengan dosis 1,3-2,1 ng/kg berat badan secara intravena atau 10-13 ng/kg berat badan bila dihirup! Toksin bekerja dengan cara melemahkan kontraksi otot sehingga menjadi terelaksasi, berkebalikan dengan toksin tetanus yang dihasilkan oleh Clostridium tetani yang membuat otot menjadi kejang (terkontraksi).

Setidaknya ada 3 jenis botulism yang disebabkan oleh toksin bakteri ini, yaitu keracunan makanan (food botulism), keracunan akibat luka (wound botulism), dan keracunan pada bayi (infant botulism).

Berikut adalah Peran Clostridium Botulinum dalam Kehidupan Sehari-hari :

1. Keracunan makanan (Food botulism)

Jenis keracunan yang paling umum pada manusia adalah melalui makanan terkontaminasi, terutama makanan kaleng. Pada umumnya, keberadaan bakteri ini dalam makanan kaleng dapat teridentifikasi dari bentuk kaleng yang menggembung karena bakteri menghasilkan gas CO2 dalam kondisi anaerobik.

Gejala keracunan dapat terlihat antara 18 hingga 36 jam setelah makanan terkontaminasi dikonsumsi. Namun demikian pada beberapa orang, gejala terlihat hanya dalam waktu beberapa jam saja ataupun baru terlihat setelah satu minggu lamanya.

Gejala umum yang nampak antara lain:

  • Konstipasi
  • Mulut kering dan kesulitan menelan
  • Gangguan pernafasan
  • Mual dan muntah
  • Penglihatan yang mengganda atau kabur
  • Kelopak mata yang turun dan mengendur
  • Gangguan pada kemampuan bicara
  • Kelemahan pada otot dan reaksi reflex

2. Keracunan akibat luka (Wound botulism)

Keracunan jenis ini terjadi apabila bakteri masuk melalui luka terbuka dan mengeluarkan toksinnya di dalam tubuh kita. Pada umumnya, wound botulism terjadi pada para pengguna narkotika jarum suntik yang tentu saja tidak terjaga kesterilitasannya.

Gejala keracunan pada botulism tipe ini antara lain:

  • Kelemahan pada wajah baik sebagian maupun seluruhnya
  • Kesulitan bernafas, menelan, dan berbicara
  • Penglihatan menjadi kabur dan mengganda
  • Kelopak mata turun
  • Kelumpuhan (paralisis)

3. Keracunan pada bayi (Infant botulism)

Botulism jenis ini juga terjadi pada bayi yang mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Bakteri akan menginfeksi jalur pencernaan, khususnya usus, pada bayi dan menyebabkan beberapa gejala sebagai berikut :

  • Diawali oleh konstipasi
  • Gerakan otot dan kepala yang tidak terkendali
  • Air liur yang terus keluar
  • Menangis dengan lemah
  • Kesulitan dalam makan dan menyusu
  • Kelelahan dan kelumpuhan

Bakteri ini menyebabkan kondisi yang sangat fatal bagi manusia apabila ia menginfeksi. Oleh karena itu penanganan yang segera ketika gejala muncul dapat menyelamatkan nyawa orang yang terinfeksi. Dokter akan memberikan anti toksin dan antibiotik yang berguna untuk melawan efek dari toksin botulinum dan membunuh bakteri di dalam tubuh.

Beberapa makanan yang harus diperhatikan karena mengandung potensi terkontaminasi C. botulinum adalah sebagai berikut.

  • Makanan kaleng, baik daging maupun sayuran
  • Ikan mentah dan ikan asap
  • Madu
  • Sirup jagung dan sejenisnya

Manfaat Clostridium Botulinum bagi Manusia

Di lain pihak, toksin yang dihasilkan C. botulinum dapat dimaipulasi dan bahkan dapat memberikan manfaat bagi manusia. Toksin yang digunakan adalah toksin botulinum yang telah dipurifikasi dan diatur dalam dosis yang sangat kecil. Pada sekitar 1950an, toksin botulinum mulai diteliti untuk digunakan dalam terapi medis hingga dewasa ini, toksin botulinum umum digunakan dalam terapi medis dan terapi kecantikan.

Berikut adalah penjelasan tentang penggunaan toksin botulinum.

a. Terapi medis – Kemampuan botox dalam mengendurkan syaraf dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit yang berhubungan dengan syaraf dan metabolisme tubuh.

b. Penyakit syaraf mata – Toksin botulinum yang diinjeksikan pada pasien yang mengalami strabismus (juling) dan blefarospasmi (mengedip yang tidak terkontrol) diketahui dapat mengurangi keparahan kondisi mata.

c. Migrain – Penderita migrain diketahui mengalami hilangnya perasaan sakit kepala apabila diterapi dengan toksin botulinum.

d. Sindrom motorik atas – Penderita sindrom motorik atas akan mengalami kesulitan dalam menggerakan tangan dan persendian yang diakibatkan oleh kuatnya kontaksi otot. Penggunaan toksin botulinum akan melemahkan tungkai dengan cara membuat otot yang terkontraksi menjadi terelaksasi.

e. Keringat berlebihan – Pengeluaran keringat yang berlebiha dapat diatasi dengan penginjeksian toksin botulinum. Toksin akan memanipulasi kelaenjar keringat dan menghambat produksi keringat itu sendiri. Penggunaan toksin dalam menghambat keringat merupakan satu-satunya manfaat botox di luar terapi syaraf dan otot.

f. Kanker – Baru-baru ini peneliti di Amerika tengah melakukan investigasi terhadap C. botulinum dalam menghasilkan anti kanker langsung terhadap sel tumor.

g. Terapi kecantikan – Toksin botulinum dalam dunia kecantikan lebih dikenal dengan nama Botox dan digunakan secara luas di berbagai tempat. Kemampuan Botox yang melemahkan kontraksi otot digunakan untuk menghilangkan kerutan pada wajah dan digemari oleh orang-orang yang meginginkan wajah yang tampak lebih muda. Botox biasanya diinjeksikan tapat di bawah keriput dan garis-garis halus. Namun demikian, penggunaan Botox dalam kecantikan harus dilakukan oleh dokter terspesialisasi mengingat kemungkinan Botox dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya dan menyebabkan keracunan.

Selain beberapa bahaya dan manfaat C. botulinum yang berhubungan dengan kesehatan manusia, akhir-akhir ini penggunaan C. botulinum sebagai agen bioweapon dan bioterrorism tengah hangat diperbincangkan dan perlu diwaspadai. Penggunaan bakteri dengan tujuan yang tidak baik tentu saja akan menimbulkan korban yang sangat banyak mengingat betapa mematikannya racun yang dihasilkan. Oleh karena itu, penggunaan C. botulinum harus diawasi oleh badan yang bertanggung jawab di berbagai negara. Semoga penjelasan ini bisa bermanfaat.

Baca juga artikel biologi lainnya :