11 Ciri-Ciri Platyhelminthes Nemathelminthes Annelida

Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan flora dan fauna, bahkan mikroorganisme terkecil seperti virus, bakteri, jamur, maupun rickettsia (baca pula artikel pengertian fauna). Fauna di Indonesia tercatat ada sebanyak ratusan, ribuan, atau bahkan puluh ribuan spesies. Hal ini tentu memberi dampak baik positif maupun negatif terhadap kehidupan masyarakat. Termasuk dalam hal kesehatan, di satu sisi hewan dapat dimanfaatkan sebagai obat. Namun, di sisi lain hewan dapat menjadi sumber penyakit atau vector penularan berbagai penyakit.

Oleh karena itu diperlukan para ahli yang khusus mempelajari ilmu tentang hewan ini. Zoologi adalah ilmu yang mempelajari khusus tentang hewan. Karena jumlah yang sangat banyak dan jenisnya yang sangat beragam, hewan diklasifikasikan menjadi beberapa kategori. Antara lain adalah hewan vertebrata dan invertebrate. Baca pula artikel sistem pernapasan hewan vertebrata dan sistem pernapasan hewan invertebrate.

Baik vertebrata maupun invertebrate akan dibagi menjadi beberapa kelompok kecil lagi. Mereka sema memiliki karakteristik masing-masing. Pada artikel kali ini kita akan mengkhususkan diri untuk membahas mengenai hewan invertebrate, yaitu Platyhelminthes yang merupakan anggota dari kelompok cacing (vermes). Baca pula artikel terkait hewan vertebrata dan hewan invertebrate:

  1. Sistem gerak pada hewan
  2. Sistem peredaran darah pada hewan
  3. Sistem pernapasan pada hewan
  4. Sistem pernapasan pada ikan
  5. Hewan amfibi
  6. Sistem pernapasan pada hewan amfibi
  7. Hewan reptile
  8. Sistem peredaran darah pada reptile
  9. Sistem pernapasan pada hewan reptile
  10. Ciri-ciri hewan mamalia
  11. Sistem pernapasan pada serangga
  12. Ciri-ciri filum porifera

Cacing atau vermes adalah kelompok hewan invertebrate. Ia dibagi lagi menjadi tiga filum, yaitu Platyhelminthes, nematelminthes, dan annelida. Platyhelminthes memiliki tubuh simetri bilateral, bentuk tubuh pipih dan lunak, pada umumnya tak bersegmen, triploblastic selomata, ekskresi dengan flame cell, hermaprodit, tidak punya alat respirasi, alat pencernaan dengan sistem gastrovaskuler, serta sistem saraf ganglion.

Platyhelminthes sering disebut sebagai cacing yang baik karena ia memiliki lebih banyak manfaat daripada nematelminthes. Platyhelminthes yang dikenal pula sebagai cacing pipih, dibagi lagi menjadi turbelaria, trematoda, dan cestoda. Ketiga kelompok inilah yang akan kita bahas lebih detail lagi mengenai ciri ciri playthelminthes selanjutnya adalah :

Turbelaria

Turbelaria biasa dikenal sebagai cacing getar. Turbelaria biasa hidup di air tawar seperti genangan air, kolam, sungai, maupun perairan. Permukaan tubuh turbelaria dilapisi oleh epidermis dan silia. Ia juga tak memiliki struktur yang berfungsi sebagai alat isap. Beberapa sistem dalam tubuh turbelaria berjalan sebagai berikut:

  • Sistem pencernaan

Makanan masuk ke dalam mulut. Dari mulut, makanan akan melalui faring dan masuk dalam rongga gastrovaskuler. Usus pada turbelaria bercabang tiga, dua ke arah depan dan satu ke arah belakang. Turbelaria tidak memiliki struktur anus pada saluran pencernaannya.

  • Sistem ekskresi

Alat ekskresinya berupa protonefridia. Protonefridia terdiri dari beberapa flame cell yang membantu membuang zat sisa metabolism. Turbelaria akan membuang zat nitrogen dari dalam tubuhnya.

  • Sistem saraf

Turbelaria tak memiliki organ otak. Sebagai gantinya ia memiliki ganglion yang bercabang menjadi sistem saraf perifer. Pada bagian depan kepala, dapat ditemui bintik mata yang peka terhadap rangsang cahaya.

  • Sistem reproduksi

Turbelaria adalah kelompok cacing hermaprodit, yaitu beralat jelamin ganda. Reproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual dengan melakukan perkawinan ssilang. Sementara itu, reproduksi aseksual dengan melakukan regenerasi sel-sel tubuh.

Salah satu contoh yang terkenal dari anggota turbelaria adalah planaria (Dugesia tigrina). Planaria adalah cacing yang sangat bermanfaat bagi manusia. Planaria dapat digunakan sebagai indikator kebersihan suatu perairan.

Trematoda

Kelompok trematoda biasa hidup di dalam tubuh siput saat larva, dan di dalam kantung empedu manusia atau domba pada saat ia dewasa. Permukaan tubuh trematoda tak tertutup epidermis dan silia. Ia memiliki dua alat isap yang masing-masing terletak di mulut dan di kepala. Beberapa sistem pada trematoda berjalan sebagai berikut:

  • Sistem pencernaan

Seperti planaria, kelompok trematoda mencerna makanannya dalam rongga gastrovaskuler. Dari sana akan dilanjut ke esophagus yang bercabang dua. Faring juga akan bermuara ke anus. Sementara itu, zat akan dikeluarkan melalui pori pada tubuhnya.

  • Sistem ekskresi

Alat ekskresinya berupa protonefridia yang terdiri atas flame cell. Flame cel kemudian akan bermuara ke aluran ekskresi. Saluran ekskresi pada trematoda terletak di bagian belakang tubuhnya.

  • Sistem saraf

Sistem sarafnya berupa ganglion primitive. Ganglion tersebut memanjang ke bawah. Sementara itu, kelompok trematoda tak memiliki alat indera.

  • Sistem reproduksi

Reproduksi berlangsung secara seksual melalui perkawinan ssilang. Trematoda tidak bereproduksi secara aseksual. Alat reproduksinya ganda, yang disebut dengan hermaprodit.

Contoh dari anggota trematoda antara lain Fasciola hepatica, Clonorchis sinensis, Schistosoma japonicum, Fasciolapsis busci, dan Paragonimus westermani. Anggota dari trematoda ini dikenal dapat merugikan kehidupan manusia dan hewan karena ia dapat menjadi inang dalam tubuh manusia dan hewan.

Cestoda

Pada saat larva, cestoda hidup di dalam tubuh babi atau sapi. Sedangkan ketika dewasa, ia hidup di dalam tubuh manusia. Permukaan tubuh cestoda tertutup oleh kutikula. Cestoda tak memiliki epidermis dan silia. Ia memiliki struktur alat isap yang bernama skoleks, yang jumlahnya ada empat. Cestoda tak memiliki mulut dan saluran yang menjalankan fungsi sistem pencernaan. Beberapa sistem pada tubuh cestoda berjalan sebagai berikut:

  • Sistem ekskresi

Seperti halnya turbelaria dan trematoda, cestoda juga menggunakan flame cell. Flame cell terletak pada nefridia. Flame cell ini yang mengeluarkan zat sisa metabolism dalam tubuh cestoda.

  • Sistem saraf

Cestoda tak memiliki otak maupun ganglion. Ia mengguanakan tangga tali sebagai sistem sarafnya. Tangga tali merupakan sistem saraf paling primitive di antara yang lainnya.

  • Sistem reproduksi

Cestoda tak bereproduksi secara seksual. Secara aseksual, ia mampu melakukan fragmentasi, yaitu pemutusan segmen dalam tubuhnya. Alat kelaminnya juga ganda, yang disebut dengan hermaprodit.

Contoh dari anggota cestoda antara lain Taenia saginata, Taenia solium, dan Dyphlobotrium latum. Seperti halnya anggota trematoda, anggota cestoda juga dikenal sebagai cacing yang merugikan manusia.

Manfaat hewan bagi manusia sangatlah banyak. Meskipun sebagian juga ada yang merugikan. Oleh karena itulah kita hendaknya mempelajari tentang fauna supaya kita bisa mengoptimalkan potensi fauna di negeri ini dan mencegah berbagai kerugian yang juga bisa ditimbulkannya. Sekian artikel hari ini. semoga bermanfaat bagi kita semua.