6 Cara Melestarikan Terumbu Karang di Indonesia

Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman karang yang berlimpah. Tidak kurang dari 354 jenis karang dari 75 marga telah ditemukan di Indonesia. Keanekaragaman karang ini perlu dijaga dan dilestarikan agar biota laut yang hidupnya bergantung pada ekosistem terumbu karang tidak terancam punah pula. Sebelum membahas tentang cara pelestarian terumbu karang, perlu diketahui tentang karakteristik dan ciri terumbu karang terlebih dahulu.

Karakteristik dan Ciri Terumbu Karang

Sekilas karang terlihat seperti batu di dasar laut, namun sebenarnya karang memiliki ciri makhluk hidup seperti bernafas dan membutuhkan nutrisi. Karang dalam klasifikasi makhluk hidup tergolong dalam ordo scleractinia, yaitu hewan invertebrata yang hidup menempel di dasar laut dan menghasilkan kalsium karbonat. Hewan invertebrata  merupakan hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Kebalikan dari hewan invertebrata adalah hewan vertebrata.

Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada artikel hewan vertebrata dan invertebrata. Sistem pernafasan karang sama sederhananya dengan sistem pernafasan hewan invertebrata pada umumnya. Dalam mendapatkan nutrisi, karang bersimbiosis dengan zooxanthellae, sejenis organisme uniseluler yang dapat melakukan proses fotosintesis. Cara lain yaitu dengan menangkap zooplankton, yaitu plankton yang tidak dapat membuat makanan sendiri. Penjelasan lebih jelas dapat dibaca dalam artikel jenis jenis plankton.  Terumbu karang (coral reef) merujuk pada ekosistem laut yang didominasi oleh hewan yang menghasilkan kapur. Ekosistem terumbu karang merupakan contoh ekosistem alami. Berbeda dengan ekosistem buatan, ekosistem terumbu karang tidak memerlukan campur tangan manusia dalam pembentukannya.

Ada beberapa faktor lingkungan yang harus dipenuhi agar ekosistem terumbu karang tetap terjaga. Faktor-faktor tersebut antara lain:

  • Suhu – suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang adalah 23o-25o Tidak ada terumbu karang yang dapat hidup dengan suhu dibawah 18oC, namun ada karang yang dapat hidup pada daerah perairan dengan suhu rata-rata pertahun sebesar 36o-40o C.
  • Salinitas – terumbu karang dapat tumbuh optimal dengan salinitas antara 30 – 35%. Terumbu karang kurang berkembang di daerah dengan banyak limpasan air tawar, karena salinitas semakin rendah.
  • Cahaya dan kedalaman – Seperti fungsi cahaya pada tumbuhan umumnya, zooxanthellae membutuhkan cahaya untuk berfotosintesis. Akibatnya terumbu karang dapat tumbuh optimal dengan kedalaman 25 meter atau kurang untuk dapat tumbuh secara optimal. Hal ini sangat berbeda dengan ciri ciri ekosistem air tawar yang rantai makanan didalamnya dapat hidup dengan intensitas cahaya yang rendah. Kedalaman maksimal yang bisa ditolerir terumbu karang sebesar 50-75 meter.
  • Arus – Arus merupakan faktor pembatas yang dapat berdampak baik maupun buruk tergantung apa yang dibawanya. Arus dapat berdampak baik apabila membawa nutrien atau bahan bahan organik bagi karang dan zooxanthellae yang berguna bagi proses fotosintesis. Sebaliknya akan berdampak buruk bagi terumbu karang apabila arus membawa limbah, sampah, sedimen atau racun yang dapat menghambat pertumbuhan terumbu karang.
  • Sedimentasi – terumbu karang sangat sensitif dengan adanya sedimen. Sedimen dapat menutupi badan karang sehingga menghambat karang dalam mendapatkan intensitas cahaya dalam proses fotosintesisnya.

Cara Melestarikan Terumbu Karang

Berbagai cara melestarikan terumbu karang antara lain:

1 Menjaga kebersihan sungai dan pesisir pantai

Keberadaan aliran sungai dan laut penting dalam proses siklus air. Fungsi sungai antara lain sebagai sarana dalam transportasi. Bukan hanya sarana transportasi, sungai juga dijadikan sebagai tempat mandi, mencuci, bahkan untuk membuang limbah keluarga/pabrik. limbah pabrik biasanya mengandung bayak logam berbahaya. bahaya logam berat bagi lingkungan sangat besar sehingga perlu diawasi lebih ketat karena limbah sampah dan pabrik yang dibuang kesungai pada akhirnya akan bermuara di laut.

Sama halnya seperti membuang sampah di pantai. Sampah yang berceceran di sungai, seperti sampah plastik, akhirnya akan tersapu ombak dan merusak terumbu karang. Dampak sampah plastik pada terumbu karang utamanya menjadi penghalang cahaya matahari. Terumbu karang membutuhkan cahaya dengan intensitas tertentu agar dapat berkembang optimal. Cahaya matahari dibutuhkan untuk melangsungkan proses fotosintesis yang dilakukan oleh zooxantellae yang ada di jaringan karang. Sampah yang dibuang ke laut akan menghambat proses ini. Sampah plastik misalnya, dapat menutupi karang sehingga zooxantellae tidak mendapat intensitas optimal untuk fotosintesisnya. Apabila keadaan ini terus menerus terjadi, maka karang akan mati.

2. Mencegah terjadinya erosi

Erosi merupakan proses pengikisan pada lapisan tanah atas. Pada jumlah tertentu erosi merupakan hal yang wajar, namun kegiatan manusia memperburuk keadaan ini. Penggundulan hutan untuk dijadikan ladang atau perumahan misalnya, dapat memperkecil daya serap tanah terhadap air hujan.

Akibatnya lapisan tanah atas terbawa dan akhirnya terjadi sedimentasi. Sedimentasi dapat berakhir di laut dan menghambat pertumbuhan terumbu karang. Sedimentasi menghambat pertumbuhan karang dengan cara menutup pori-pori tubuh dan membuat zooxanthellae kekurangan cahaya karena air yang keruh. Akibat kekurangan cahaya terus menerus dapat membuat siklus hidup karang terhenti. Karang sangat sensitif terhadap sedimen.

3. Menangkap ikan tanpa merusak karang

Terumbu karang berfungsi sebagai habitat yang baik untuk perkembangbiakan ikan. Tidak heran banyak nelayan yang menangkap ikan di daerah yang memiliki banyak karang. Beberapa nelayan yang tidak bertanggungjawab biasanya menggunakan bom ikan untuk mendapatkan ikan dengan mudah.

Cara ini sangat merusak ekosistem terumbu karang. Bukan hanya ikan besar, tetapi terumbu karang beserta biota laut di dalamnya ikut mati. Oleh karena itu penggunaan bom ikan seharusnya dilarang. Selain merusak terumbu karang, nelayan juga dirugikan apabila jumlah ikan terus menerus menurun karena habitatnya rusak.

4. Tidak mengambil karang dan terumbu karang

Karang memang menjadi daya tarik utama saat bagi orang-orang yang memiliki hobi scuba diving. Beberapa mungkin tertarik untuk mengambilnya. Namun perlu diingat bahwa karang memiliki beberapa faktor pembatas yang meghalangi tumbuh kembangnya. Salah satunya adalah suhu dan salinitas. Saat karang diambil dari habitatnya dan dipindahkan ketempat yang tidak sesuai maka karang akan mati. Oleh karena itu perlu diberikan sosialisasi mendalam agar terumbu karang tetap dibiarkan sesuai habitatnya.

5. Pengenalan karang dan terumbu karang sejak dini

Melestarikan terumbu karang harus dimulai sejak kecil. Pengenalan terumbu karang penting dilakukan karena sebagian besar wilayah Indonesia adalah laut. Apabila sejak dini anak anak sudah dikenalkan dengan manfaat ekologi, khususnya terumbu karang, maka saat dia besar akan ada rasa kepemilikan untuk menjaga kelestarian terumbu karang.

6. Sosialisasi fungsi dan manfaat terumbu karang

Seperti bahasan sebelumnya, semua cara diatas tidak dapat berjalan baik apabila tidak ada sosialisasi fungsi dan manfaat terumbu karang. Bagi penduduk pesisir dan penduduk yang dekat dengan aliran sungai perlu disosialisasikan pentingnya tidak membuang limbah rumah tangga atau pabrik ke laut, untuk nelayan perlu disosialisasikan bahaya penggunaan bom ikan, dan pengenalan terumbu karang sejak dini untuk anak-anak.