6 Cara Memelihara Belut yang Baik dan Benar

Cara memelihara belut yang baik adalah sebagai berikut ini. Belut adalah sejenis ikan yang menyerupai ular. Belut merupakan produk perikanan yang cukup populer. Harga belut juga cukup mahal, mengingat cara perolehan nya yang cukup sulit dan jarang nya petani yang memeliharanya. Sebenarnya cara pemeliharaan belut tidaklah begitu sulit. Intinya kita harus mengetahui sifat dan kebiasaan belut, bagaimana kita menyiapkan wadah budidaya nya menyerupai habitat aslinya di alam bebas.

Baca juga:

Manfaat belut bagi pemenuhan kebutuhan nutrisi harian tubuh manusia pun sudah tak dapat dipungkiri lagi. Belut memiliki jumlah kalori yang cukup besar, yaitu lebih kurang 300 kilo kalori. Jumlah ini menyamai jumlah kalori yang dimiliki oleh daging sapi. Belut juga mengandung protein yang cukup tinggi, yakni hampir 18.4 gram. Protein pada belut pun mudah dicerna, sehingga sangat cocok untuk dikonsumsi oleh kalangan berbagai usia. Selain itu belut juga mengandung Asam Folat yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan otak janin, sehingga belut baik untuk ibu hamil.

Baca juga:

Selain sebagai penyedia nutrisi yang cukup tinggi, di alam bebas belut menjadi indikator alami apakah di ekosistem tersebut terjadi pencemaran tanah ataukah tidak. Di Indonesia, belut yang dikonsumsi oleh masyarakat kebanyakan diambil dari alam bebas. Jumlah belut di alam bebas saat ini semakin lama semakin menipis karena berkurangnya area persawahan yang menjadi tempat hidup belut. Untuk itulah budidaya belut adalah upaya yang patut kita pelajari dan usahakan supaya kebutuhan akan komoditi belut dapat tetap terpenuhi tanpa harus tergantung pada ketersediannya di alam yang cukup terbatas, sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga. Berikut akan kita pelajari bagaimana karakteristik belut serta tahap-tahap budidaya belut dari penyiapan wadah, dan pemilihan bibit hingga pemanenan.

Baca juga:

Karakteristik Belut

Belut yang biasa diperjualbelikan dan dikonsumsi oleh masyarakat umumnya adalah belut sawah dengan nama latin Monopterus albus. Belut sawah dengan istilah dalam bahasa Inggris Asian Swamp Eel termasuk dalam suku Synbranchidae, ordo Synbranchiiformes, kelas Actinopterygii dan Filum Chordata.

Baca juga :

Belut merupakan hewan air yang mampu bertahan tanpa air dalam waktu yang cukup lama, karena belut dapat menghirup oksigen secara langsung dari udara bebas dan mengambil oksigen lewat kulit, asalkan tanah di sekitarnya tidak kering dan tetap lembab. Karena kemampuannya bertahan hidup pada kondisi alam yang paling ekstrim inilah membuat belut mampu bertahan hidup di lingkungan yang berbeda di luar habitat aslinya. Belut yang dikabarkan sudah menghuni rawa-rawa di benua Amerika ternyata juga memiliki kemampuan untuk bertahan hidup pada suhu yang rendah di musim dingin. Hal inilah yang membuat belut menjadi hewan invasif di luar habitat aslinya, yang artinya belut bisa menjadi ancaman yang cukup serius bagi keberlangsungan penghuni ekosistem di mana belut berada.

Baca juga :

Panjang belut dewasa di alam bebas bisa mencapai 1 m. Belut yang biasa dikonsumsi dan dijual di pasaran umumnya berukuran di bawah 40 cm. Bentuk tubuh belut berbentuk pipa dan licin seperti ular namun tidak bersisik. Warna belut umumnya adalah kecoklatan. Belut merupakan hewan hermafrodit, atau hewan yang memiliki kelamin ganda. Belut muda, sejak bayi, adalah belut betina. Saat dewasa, belut akan berubah kelamin menjadi jantan. Belut betina akan mencari lubang untuk bersarang dan meletakkan telurnya di busa-busa atau gelembung air di air dangkal.

Cara Memelihara Belut

Cara budidaya belut melalui beberapa tahap, yaitu tahap pembuatan kolam, pemilihan bibit, pembesaran belut, yang meliputi pengetahuan mengenai cara pemeliharaan, perlakuan, pemberian pakan, serta pencegahan dan penanganan hama dan penyakit ikan, serta pemangsa alaminya.

1. Persiapan Wadah Budidaya

Dalam persiapan wadah budidaya hal yang harus diperhatikan adalah pemilihan wadah pemeliharaan dan media tempat pembesaran belut. Wadah dan media pemeliharaan sangat menentukan apakah belut akan berkembang sesuai harapan ataukah tidak. Dalam hal ini media yang digunakan adalah drum bekas dengan pertimbangan bahwa drum bekas cukup mudah didapatkan, menghemat tempat, praktis dalam penggunaan, mudah dalam pemanenan. Sedangkan media pemeliharaan yang digunakan adalah lumpur kering, jerami, pupuk kompos, TSP, dan 1 liter microorganism starter.

Berikut adalah tahapan penyusunan media:

  • Peletakan media secara berurutan dari bagian paling dasar adalah jerami dengan ketebalan 50 cm, yang kemudian disiram dengan microorganism starter.
  • Setelah itu, di atasnya kita beri pupuk kompos setebal 5 cm, lalu yang terakhir adalah lumpur kering setebal 25 cm, yang sebelumnya sudah dicampur 5 kg TSP.
  • Beri air dengan ketinggian sekita 15 cm dari permukaan media.
  • Media yang sudah disusun ini lantas difermentasikan dengan cara mendiamkannya selama 2 minggu. Fermentasi dimasukkanuntuk menumbuhkan mikrooragnisme berupa jenis-jenis plankton dan jasad renik, yang kelak akan menjadi pakan alami bagi belut.
  • Setelah dua minggu proses fermentasi, aliri media dengan air bersih untuk membuang racun.
  • Setelah 4 hari, genangi media dengan air bersih setinggi 6 cm, dan beri sedikit eceng gondok sebagai tempat belut berlindung dan bersembunyi.
  • Bibit belut siap ditebar.

Berikut adalah persiapan – persiapan yang harus anda perhatikan jika anda ingin memelihara belut. Hasil pemeliharaan juga tergantung dari proses anda persiapan wadah budidaya untuk belut anda. Jika ingin berhasil dalam memelihara belut maka anda bisa mengikuti tatacara seperti yang telah di jelaskan di atas.

2. Pemilihan Bibit

Pemilihan bibit yang benar akan menentukan kualitas belut yang dihasilkan. Bibit belut bisa diperoleh baik dari hasil tangkapan atau dari pembibit, dan tentunya dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Umumnya belut hasil tangkapan memiliki rasa yang lebih gurih sehingga harganya lebih mahal, namun ukuran bibit tidak seragam, kontinuitasnya tidak stabil, dan kemungkinan mengalami trauma saat penangkapan, yang tentunya akan berpengaruh pada perkembangannya. Sedangkan untuk bibit hasil budaya di pembibit memiliki ukuran yang seragam, kontinuitasnya terjamin dan tersedia dalam jumlah besar, dan hasilnya juga seragam. Kelemahannya, rasa tidak begitu gurih, sehingga harganya juga lebih murah.

Pemilihan bibit baik hasil tangkapan ataupun budidaya di pembibit harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

  • Bibit belut lincah, gesit dan agresif
  • Ukuran bibit belut seragam
  • Sehat
  • Tubuh mulus, tidak cacat, tidak luka atau tergores
  • Ukuran antara 10 sampai 12 cm.
  • Umur antara 2 sampai 4 bulan
  • Saat dipegang tubuh keras, tidak lemas

Pemilihan bibit adalah hal utama yang harus anda perhatikan, anda jangan salah dalam memilih bibit untuk bisnis anda. Jika anda salah dalam memilih bibit maka anda akan mengalami kegagalan dalam pemeliharaan belut. Perhatikan tatacara pemilihan bibit di atas agar hasil panen anda memuaskan

3. Penebaran Bibit dan Pembesaran

Kepadatan tebar bibit belut cukup tinggi yaitu sekitar 50 sampai 100 ekor per meterpersegi, untuk bibit berukuran 10 sampai 12 cm. Untuk menghindari stres, tebar bibit belut pada sore hari. Untuk bibit belut yang didapatkan dari hasil tangkapan, sebaiknya dimasukkan ke dalam kolam dengan air mengalir yang jernih selama lebih kurang dua hari. Untuk mengembalikan kebugaran tubuh bibit belut, beri pakan berupa kocokan telur sebagai sumber protein.

Air dalam wadah budidaya belut haruslah diatur sirkulasinya, yaitu mengalir sedikit demi sedikit dan menggenang seperti di sawah. Atur pula ketinggian air. Jika air terlalu dalam dapat menyebabkan belut menjadi kurus karena belut terlalu banyak bergerak saat hendak ke permukaan menghirup oksigen.
Suhu air yang optimal juga dapat mempengaruhi perkembangan belut. Jagalah suhu air minimal 26˚C dan maksimum 32˚C. Belut muda menyukai media dengan pH 5 – 7. pH air dalam media harus selau dikontrol untuk menghindari kematian pada belut. Jika terjadi perubahan pada tingkat keasaman air, segera netralisir dengan bahan-bahan yang bisa meningkatkan atau menurunkan derajat keasaman media. Selam proses pembesaran, air biasanya berubah menjadi lebih basa karena adanya penumpukan kotoran dan sisa-sisa makanan.

4. Pemberian Pakan

Bibit belut membutuhkan pakan yang memilki protein tinggi. Pakan belut yang diberikan bisa berupa ikan-ikan kecil, cacing, keong, bekicot, belatung dan sebagainya. Peranan mollusca cukup berarti dalam pemenuhan kebutuhan protein belut. Pemberian pakan alami maksimal adalah 3 hari sekali. Selain pakan alami, pelet ikan juga bisa diberikan terutama untuk anak-anak belut. Pemberian pelet maksimal seminggu 3 kali. Jumlah pelet ikan yang bisa diberikan adalah sebesar 5 – 20 persen dari jumlah bobot total belut yang dipelihara. Karena belut adalah binatang nocturnal, atau binatang yang aktif di malam hari, pemberian pakan akan efektif jika diberikan setelah pukul 5 sore. Walaupun begitu, pemberian pakan juga bisa dilakukan sepanjang hari jika tempat pembesaran belut cukup ternaungi. Pemberian pelet sebaiknya tidak terlambat, karena keterlambatan pemberian pakan akan menyebabkan munculnya kanibalisme pada belut.

Jika perkembangan belut kurang bagus, kemungkinan belut tidak berselera makan. Untuk menambah selera makan, kita bisa menambah nafsu makan belut dengan air rebusan temulawak. Sebar di bagian mana belut bersarang atau berkumpul.,

Kebutuhan harian belut dengan berat total 5 kg adalah sebagai berikut:

  • 0 – 1 bulan: 0.25 kg
  • 1 – 2 bulan: 0.5 kg
  • 2 – 3 bulan: 1,5 kg
  • 3 – 4 bulan: 2 kg

5. Hama dan Penyakit Ikan

Supaya hasil pembesaran belut ikan sesuai dengan yang kita harapkan maka kita perlu juga mengetahui hama dan penyakit ikan yang biasa menyerang belut dan bagaimana mengatasinya. Beberapa hama yang umumnya menyerang belut adalah burung pemakan ikan seperti belibis dan bebek. Hewan-hewan ini akan mendatangi kolam-kolam yang tak terawat. Oleh karenanya, kita bisa mengatasi burung pemangsa ini dengan merawat kolam drum kita dengan baik. Selain burung, katak dan kucing yang biasa berkeliaran di pekarang bisa menjadi hama yang patut di waspadai.

6. Pemanenan

Waktu panen belut berkisa antara 3 – 6 bulan bergantung dari permintaan pasar. Terdapat dua cara panen belut, yaitu panen total dan sebagian. Panen total dilakukan jika belut yang dihasilkan dalam ukuran yang seragam, karena bibit belut yang ditebar sebelumnya memiliki ukuran yang seragam. Sedangkan panen sebagian dilakukan jika belut yang dihasilkan memilii ukuran yang tidak sama. Belut-nelut berukuran besar akan dipanen, sedangkan yang berukuran kecil akan dipelihara lebih lama hingga mencapai ukuran yang diharapkan.

Sebelum melakukan panen, persiapkan terlebih dahulu alat-alat yang dibutuhkan seperti ember, seser atau jaring, styrofoam atau jurigen, timbanagan, dll. Panen dilakukan saat cuaca sudah cukup sejuk, yaitu pada pagi hari amupum sore hari.

Proses pemanenan belut dalam drum cukup mudah, yaitu:

  • Buang air dalam drum melalui pipa pengeluaran, atau dengan memompanya menggunakan pompa celup.
  • Miringkan tong sehingga lumpur akan menumpuk di satu sisi, dan menyisakan ruang kosong di sisi yang lain.
  • Urai lumpur sedikit demi sedikit menuju bagian drum yang kosong sambil mencari dan menangkap belut di dalamnya.
  • Masukkan segera belut yang tertangkap ke dalam ember berisi air. Usahakan badan belut tetap lembab sehingga tidak mengalami dehidrasi.
  • Pindahkan belut ke kolam karantina menggunakan styrofoam atau jurigen untuk membawa belut hidup ke pasar atau pengepul.

Begitulah sekilas penjelasan tentang belut serta manfaatnya, dan bagaimana cara memelihara belut yang benar dan tepat. Dengan memahami cara pemeliharaan belut yang tepat maka kita akan mendapatkan hasil yang kita harapkan. Pangsa pasar belut yang masih terbuka lebar menjadikan budidaya belut peluang bisnis yang cukup menjanjikan.