Mungkin diantara kalian pernah mendengar mitos memakan parutan kelapa terlalu banyak dapat menyebabkan kremian. Kremian adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan adanya cacing putih kecil, berbentuk seperti parutan kelapa keluar dari anus manusia. Cacing yang bertanggungjawab dalam hal ini adalah cacing kremi (Enterobius vermicularis). Bentuk cacing kremi memang mirip dengan parutan kelapa sehingga wajar apabila tercipta mitos tersebut. Apakah mitos ini benar? Berikut ini penjelasan tentang cacing kremi.
Dalam klasifikasi makhluk hidup, cacing kremi (Enterobius vermicularis) tergolong dalam filum nemathelminthes atau nematode. Nemathelminthes berasal dari bahasa Yunani “Nema” yang berarti benang, dan “helminthes” yang berarti cacing. Jadi secara terminologi nemathelminthes memiliki arti kelompok cacing yang mirip dengan benang. Filum ini adalah pengelompokan hewan cacing dengan tubuh berbentuk bulat panjang dan berujung runcing sehingga sering disebut cacing gilig.
Berbeda dengan ciri-ciri platyhelminthes (cacing pipih), filum nematoda memiliki sistem tubular dengan bukaan di kedua ujung tubuhnya. Nematoda dapat ditemukan pada setiap ekosistem yang ada di bumi. Baik di ekosistem alami maupun ekosistem buatan. Nemotoda termasuk biota laut dengan jumlah terbanyak. Sebagian besar cacing dalam filum nematoda memiliki sifat parasit, khususnya pada manusia.
Taksonomi cacing kremi adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Nematoda
Kelas: Chromadorea
Ordo: Ascaridida
Famili: Oxyuridae
Genus: Enterobius
Spesies: Enterobius vermicularis
Cacing kremi merupakan salah satu hewan invertebrata, sehingga tidak memiliki struktur jaringan tulang pada hewan vertebrata. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada artikel hewan vertebrata dan invertebrata. Struktur tubuh cacing kremi secara umum adalah:
Sebagai organisme, cacing kremi juga menunjukkan ciri ciri makhluk hidup seperti bernafas, membutuhkan energi, dan bergerak. Semua kebutuhan makhluk hidup yang dimiliki cacing kremi didapatkan dengan bantuan sistem tubuhnya. Tubuh cacing kremi memiliki beberapa sistem tubuh yang masih sederhana. Sistem tubuh pada cacing kremi adalah:
Manusia merupakan inang utama cacing kremi. Daur hidup cacing kremi terjadi dalam sistem pencernaan pada manusia khususnya dibagian usus dan anus. Tahapan siklus hidup cacing kremi antara lain:
Cacing kremi dapat menyebabkan infeksi yang sering disebut dengan enterobiasis atau kremian. Gejala infeksi ini adalah rasa gatal pada daerah anus. Infeksi biasanya terjadi pada usia anak sekolah dasar, karena kurangnya kesadaran kebersihan diri dan lingkungan, khususnya pada negara-negara berkembang seperti Indonesia. Gejala yang sering dirasakan adalah:
Penyebaran infeksi ini dilakukan oleh telur cacing kremi yang menempel pada tangan, pakaian, tempat tidur, atau tempat makan. Telur juga dapat berpindah dari inang melalui kontak langsung misalnya pada ibu yang anaknya terinfeksi. Telur cacing dapat bertahan selama 3 minggu atau lebih apabila kondisi lingkungannya mendukung. Dengan demikian makanan yang dibiarkan terbuka biasanya mudah menjadi sumber infeksi bagi manusia. Salah satunya adalah kelapa.
Kelapa biasanya diparut dan diperas secara manual menggunakan tangan. Apabila ada telur yang menempel, maka telur dapat masuk ke dalam tubuh saat mengonsumsinya. Maka mitos makan kelapa parut sebenarnya kurang tepat, karena bukan kelapa yang menyebabkan kremian tapi telur cacing yang kemungkinan masuk bersamaan dengan makanan yang dikonsumsi.
Cara pencegahan yang utama adalah menjaga kebersihan diri dan tempat tinggal. Namun beberapa cara pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah:
Definisi dari pupuk ialah bahan yang dijadikan sebagai penambah pada sebuah media tanam untuk membantu…
Pupuk berbahan organik menjadi satu-satunya input yang bisa diberikan ke dalam lahan sawah. Konsentrasi nutrisi…
Sebelum membahas tentang manfaat Bioteknologi, ada baiknya kita paham duluapa itu Bioteknologi. Secara umum Bioteknologi…
Definisi dari red tide merupakan kejadian yang terjadi secara alami pada air laut yang mengalami…
Definisi dari red tide ialah fenomena dimana ditemukan perkembangan jumlah fitoplankton yang sangat drastis berkali…
Dr Roslan Yusni Hasan atau Ryu Hasan selaku pakar neurologi mengatakan, dalam menjawab mengenai LGBT…