Makhluk hidup yang ada di dunia ini sangatlah bermacam-macam, mulai dari manusia, tumbuhan/flora (Pengertian Flora), dan hewan/fauna (Pengertian Fauna). Masing-masing makhluk hidup memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, ada pula yang disebut makhluk hidup prokariotik dan eukariotik (baca : Pengertian Organisme Prokariotik dan Perbedaan Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik). Sehingga, untuk lebih mudah mengenal dan mempelajari makhluk hidup, terdapat cabang ilmu Biologi yang membahas suatu penggolongan atau klasifikasi makhluk hidup di dunia.
Ilmu tentang penggolongan atau klasifikasi makhluk hidup disebut dengan taksonomi. Dalam cabang ilmu taksonomi dikenal adanya istilah Filum. Filum merupakan urutan kedua tertinggi setelah kingdom dari system penggolongan makhluk hidup pada hewan. Di bawah fillum, masih terdapat urutan penggolongan hewan, yaitu kelas, ordo, family, genus, dan spesies.
Pada bab ini, akan dibahas mengenai filum nemathelminthes. Nemathelmintes atau sering dikenal dengan sebutan nematode adalah hewan yang digolongkan sebagai cacing. Cacing dari golongan ini terdiri dari berbagaimacam jenis, dan sebagian besar dari nemathelminthes merupakan makhluk parasit, yaitu makhluk yang hidup dalam tubuh makhluk lain dan cenderung merugikan makhluk yang ditumpanginya. Hewan juga dibedakan berdasarkan keberadaan tulang belakangnya, yaitu Hewan Vertebrata dan Invertebrata, sedangkan Nematoda termasuk ke dalam golongan invertebrata.
Terdapat beberapa karakter dari nemathelminthes yang membedakan dengan cacing lainnya, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
Filum ini dibagi lagi menjadi dua kelas yang dibedakan berdasarkan organ sensorinya. Yaitu Aphasmida (Adenophora) dan Phasmida (Secernetea). Berikut adalah perbedaan aphasmida dan phasmida:
Aphasmida (Adenophora) |
Phasmida (Secernetea) |
Tidak memiliki phasmid (alat indera yang terletak di ujungĀ posterior) | Memliki phasmid di bagian ekor |
Amphid (sistem navigasi yang ada di bagian kutikula dan berfungsi sebagai chemoreseptor) berada di daerah bibir | Amphid berada di bagian sebelum kepala |
Sebagian besar hidup secara bebas | Hidup sebagai parasit di usus |
Tidak memiliki indera bulu atau papillae pada kepala dan tubuhnya | Jantannya memiliki papillae di bagian ekor |
Berbentuk spindle ( menyerupai kincir dengan ujung lancip atau bercabang) | Berbentuk silinder dengan ujung runcing |
Sebagian besar Nematoda yang hidup bebas, banyak ditemukan di air dan tanah dengan densitas yang tinggi. Beberapa jenis jamur memanfaatkan ini sebagai sumber makanan dengan membuat lingkaran perangkap menggunakan miselianya. Setelah nematode menempelkan kepalanya melalui loop, maka nematode tersebut akan menemukan dirinya telah terperangkap oleh pembesaran filament jamur, kemudian jamur akan memakan cacing yang sudah sekarat tersebut. Nematoda juga dikenal sebgai hewan parasit, bisa sebagai parasit di tubuh hewan lain, tumbuhan dan manusia, kemudian hidup dan berkembangbiak di usus, sedangkan telurnya ikut keluar melalui feses.
System pencernaan cacing golongan Nemathelminthes sudah sempurna, dimulai dari mulut hingga anus. Mulutnya dikelilingi oleh organ yang dapat mengenali rasa. Hewan ini tidak memiliki organ respirasi dan sirkulasi, respirasinya melalui permukaan kulit. Hal ini sedikit berbeda dengan sistem pernapasan pada hewan lainnya. Namun hewan ini dapat melakukan respirasi secara aerob dan anaerob. Saat hidup bebas, maka akan bernafas secara aerobic, dan saat menjadi parasit, maka bernapas secara anaerobic.
Sistem ekskresi pada hewan yang digolongkan pada filum nemathelminthes, terdiri dari saluran intraseluler atau saluran ekskretoris lateral. Sedangkan system syarafnya tidak terlalu berkembang, terdiri dari cincin saraf circumpharyngeal dan tali saraf longitudinal. Organ indrawinya juga tidak banyak berkembang, hanya dalam bentuk papillae yang lebih dikenal sebagai amphids (di mulut) dan Phasmid (di anus). Hewan ini termasuk dalam hewan unisexual, yaitu hewan yang hanya memiliki satu jenis alat kelamin jantan atau betina, sedangkan pembuahan terjadi secara langsung dan internal (baca juga: Perkembangbiakan Hewan).
Trichinella merupakan Nemathelminthes kelas Aphasmida, memiliki siklus hidup yang sederhana. Trichinella hidup sebagai cacing dewasa di usus. Betinanya mengerami telur dan Larva tingkat 1 di dalam tubuhnya dan mengeluarkannya setelah berganti kulit (molting) menjadi larva tingkat 2 yang kemudian masuk ke mukosa usus, dan mencapai system sirkulatori. perjalanannya dilanjutkan menuju jaringan dimana mereka mengenkapsulasi (melapisi) dirinya dan berubah menjadi larva tingkat 3. Kebanyakan dari mereka akan hidup di otot lurik, tepatnya di diafragma. Namun, mereka juga dapat ditemukan di seluruh jaringan, termasuk otak. Cacing ini juga dapat memasuki plasenta dan menginfeksi fetus yang sedang berkembang.
Filarial merupakan Nemathelminthes kelas Phasmida. cacing ini hidup di system limfatik. Larva dikeluarkan dan berjalan memasuki pembuluh darah perifer, larva ini bisa dibawa oleh vektor nyamuk. Larva menjadi dewasa di dalam tubuh nyamuk dan larva yang menginfeksi tersebut kemudian masuk ke inang lain dimana nyamuk menghisap darahnya. Filarial ini bisa mnyerang kelenjar getah bening dan menyebabkan penggumpalan cairan di eksremitas yang kemudian mengakibatkan suatu kondisi pembengkakan yang biasa disebut dengan penyakit kaki gajah.
Ascaris merupakan Nemathelminthes kelas Phasmida. Ascaris termasuk dalam parasit yang hidup di usus dan dapat tumbuh hingga mencapai panjang 50 cm. Betinanya secara terus-menerus mengeluarkan telur yang akan melewati saluran pencernaan hingga akhirnya keluar bersamaan dengan feses. Telur ini bisa bertahan pada kondisi ektrem sekalipun, termasuk di daerah pengolahan limbah. Saat kotoran manusia digunakan sebagai pupuk, maka dapat mengakibatkan resiko terkena penyakit Ascariasis. Telurnya dilapisi mucilaginous (semacam bahan yang lengket) sehingga telur tersebut dapat menempel pada tumbuhan yang sedang tumbuh.
Jika makanan (sayur dan buah) dimakan mentah, maka telurnya akan masuk ke dalam perut, menetas dan lahirlah larva tingkat 1. Larva ini kemudian akan masuk melalui dinding usus, dan masuk ke system sirkulatori menuju ke paru-paru. Di dalam paru-paru kemudian akan berganti kulit (molting) dan tumbuh di area alveolar. Selanjutnya larva ini akan terus berganti kulit dan berkembang serta membuat inangnya mengalami batuk. Kembali ke usus kecil, larva ini mengalami pergantian kulit sekali lagi dan terus berkembang.
Necator dikenal dengan nama Hookworm (cacing tambang) dan merupakan Nemathelminthes kelas Phasmida. Cacing dewasanya memiliki tiga bibir yang menyerupai silet, yang digunakan untuk memotong mukosa usus dan menarik bagian perdarahan ke daerah buccal (daerah mulut).
Betinanya mengeluarkan telur yang kemudian dibawa keluar tubuh melalui feses dan menetas di tanah. Larvanya hidup secara bebas dan mengalami dua kali pergantian kulit sebelum menjadi larva tingkat 3. Selanjutnya larva ini akan memasuki kulit inangnya dan berjalan menuju paru-paru untuk menyelesaikan siklus hidupnya dengan cara yang sama seperti Ascaris.
Demikianlah artikel mengenai Fillum Nemathelminthes, semoga bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan anda tentang filum Nemathelminthes. Anda juga dapat membaca artikel menarik lainnya mengenai berbagaimacam jenis hewan, seperti:
Definisi dari pupuk ialah bahan yang dijadikan sebagai penambah pada sebuah media tanam untuk membantu…
Pupuk berbahan organik menjadi satu-satunya input yang bisa diberikan ke dalam lahan sawah. Konsentrasi nutrisi…
Sebelum membahas tentang manfaat Bioteknologi, ada baiknya kita paham duluapa itu Bioteknologi. Secara umum Bioteknologi…
Definisi dari red tide merupakan kejadian yang terjadi secara alami pada air laut yang mengalami…
Definisi dari red tide ialah fenomena dimana ditemukan perkembangan jumlah fitoplankton yang sangat drastis berkali…
Dr Roslan Yusni Hasan atau Ryu Hasan selaku pakar neurologi mengatakan, dalam menjawab mengenai LGBT…