LGBT dari Sudut Pandang Biologi

Dr Roslan Yusni Hasan atau Ryu Hasan selaku pakar neurologi mengatakan, dalam menjawab mengenai LGBT harus membedakan biologi dari kedokteran terlebih dahulu.

Biologi itu bebas nilai atau moral sehingga tidak ada yang baik atau jelek. “Nilai itu terletak pada suatu tempat dan saat bisa berbeda dengan tempat dan saat yang lain,” ujarnya.

menurutnya dalam biologi, istilah tidak normal itu enggak ada. Misalnya saja jika ditanya, secara biologi rambut keriting dan rambut lurus, mana yang normal? Dua-duanya varian. Mata sipit atau belok? Kulit hitam, kulit putih, kulit merah? Semua itu adalah varian. dampak biologis pernikahan dini bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.

Hal serupa juga rupanya juga terjadi pada jenis kelamin dalam penafsiran biologi. “Kita itu selalu menganggap bahwa yang namanya jenis kelamin hanya dua, kalau tidak laki-laki ya perempuan.

Ini pengetahuan zaman berapa?” ujar Ryu. Karena dalam biologi tidak semua perempuan memiliki kromosom XY dan tidak semua laki-laki memiliki kromosom XX. Ada juga perempuan yang tidak memiliki uterus dan ovarium, dan laki-laki yang penisnya kecil sehingga menyerupai klitoris.

Jenis-jenis yang tidak teridentifikasi secara pasti ini, kata Ryu, disebut sebagai interseks dan kini telah dikelompokkan hingga mencapai 43 jenis. “apabila orientasi seksual ini diarahkan ke jenis kelamin, berarti orientasi seksual tidak dua. Interseks saja ada 43,” kata Ryu.

Melihat fakta tersebut, bisa disimpulkan bahwa identitas jender, jenis kelamin, dan orientasi seksual itu adalah tiga hal yang terpisah.

Menurut Ryu, orientasi seksual dan perilaku manusia lainnya, dipengaruhi oleh jenis kelaminnya, melainkan dibentuk oleh sirkuit otak, neurotransmitter, dan hormon.

Sementara itu, kedokteran yang bertujuan untuk kesejahteraan manusia individual dan bukan biologi mengakui apa yang normal dan tidak normal.

Jadi dapat dsimpulkan bahwa yang membuat LGBT bisa disebut sakit dalam kedokteran adalah ketika orang tersebut merasa tidak nyaman atau terganggu dengan orientasi seksualnya sehingga yang dihilangkan adalah rasa tidak nyaman tersebut, bukan orientasi seksualnya. kode genetik-monogami pada vertebrata bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.

Hal ini telah dituangkan dalam buku panduan diagnosis dan statistik psikiatri (DSM) yang menyatakan bahwa orientasi seksual bukan penyakit sejak tahun 1973.

Di Indonesia, Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ) yang merupakan campuran dari DSM-IV dan International Classification of Diseases (ICD) telah ditetapkan oleh Depkes.

dr Dewi Inong Irana sebagai dokter spesialis kulit dan kelamin memaparkan secara detail tentang bahaya LGBT ini dari sisi psikologi dan kesehatan.

“Melalui seminar kali ini, saya nggak bosan menyampaikan dampak buruk perilaku zina dan LGBT dari segi kesehatan. Ini harus dimasyarakatkan ke mana-mana,” kata Inong di depan para mahasiswa seminar yang datang dari berbagai kampus di Jakarta.

Faktor Penyebab Terjadinya LGBT

  • Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan bisa menjadi salah satu pemicu terjadinya LGBT. Misalnya saja karena salah pergaulan. Ketika kita memilih teman, pastika mereka memiliki perilaku yang baik.

Oleh karena itulah lingkungan dan kebiasaan menjadi salah satu faktor pemicu paling besar terjadinya LGBT di Indonesia. Pemicu lain LGBT yaitu adanya pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia juga bisa menyebabkan penyimpangan perilaku ini terjadi.

  • Faktor keluarga

Jika seorang anak mengalami kekerasan di lingkungan keluarganya, hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan dia menjadi LGBT.

Sebagai contoh, seorang anak perempuan yang mendapatkan perlakukan kasar dari ayah atau saudara laki-lakinya akan berpikir untuk membenci lawan jenisnya. Alhasil, dia memilih untuk hidup sebagai LGBT karena pengalaman hidup yang tidak mengenakkan.

Dengan adanya kehangatan dan keharmonisan yang tumbuh dalam keluarga, mungkin akan mendorong anak untuk tumbuh normal dan wajar.

Para orang tua pun harus memberikan pendidikan agama dan moral yang baik, hal ini bertujuan akan membentengi seseorang untuk menyimpang menjadi LGBT.

  • Faktor Genetik

Adanya tindakan yang menjurus ke penyimpangan seksual misalnya saja Transgender, Biseksual, Lesbian dan Gay ternyata bisa timbul akibat keturunan.