13 Contoh Simbiosis Alelopati Beserta Penjelasannya Terlengkap

Contoh simbiosis alelopati dapat dilihat dari berbagai fenomena saat suatu organisme menghambat pertumbuhan organisme lain dengan menggunakan zat alelopat. Alelopat yang dikenal dengan alelokimia adalah zat metabolit sekunder berasal dari mahluk hidup untuk membunuh mahluk hidup lain. Zat ini berfungsi layaknya herbisida, dimana mampu menghilangkan tanaman – tanaman disekitarnya.

Tanaman yang dianggap rival dalam perebutan penyerapan nutrisi akan dihancurkan perlahan dengan zat  tersebut. Alelopat tidak hanya dihasilkan tumbuhan darat namun juga dihasilkan oleh tumbuhan tingkat rendah di air misalnya pada Alga Dinoflagelata. Alelopat tidak hanya dimiliki oleh tumbuhan, pada hewan Invertebrata dengan struktur tubuh porifera juga ditemukan zat tersebut. Sifat dari zat alelopat tersebut adalah beracun atau toksik untuk organisme lain. Sifat racun tersebut yang membentuk hubungan Alelopati diantara organisme. Berikut adalah beberapa peran dari zat Alelopat.

1. Penghambat Penyerapan Unsur Hara

Alelopat bersifat toksik untuk organisme lain dengan cara menghambat penyerapan unsur hara. Organisme yang terpapar alelopat akan kehilangan kemampuan untuk penyerapan ion – ion pada fase pertumbuhan. Fase pertumbuhan yang terhambat secara perlahan akan berakibat pada kematian.

2. Penghambat Pembesaran Sel Organisme

Alelopat akan menghambat perkembangan sel – sel, sehingga organisme yang terpapar tidak dapat tumbuh dengan baik. Selnya kecil karena kekurangan nutrisi hingga akhirnya mati.

3. Penghambat Pembelahan Sel

Perkembangan yang terhambat menyebabkan sel – sel tidak mampu untuk membelah atau memperbanyak diri. Sel yang semakin sedikit membuat metabolisme organisme berjalan tidak begitu baik. Jangka panjang dari pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan maupun organisme lain akan berakibat pada kematian.

4. Penghambat Respirasi

Organisme yang terpapar oleh zat Alelopat akan kesulitan respirasi. Penghambatan terhadap laju respirasi akan berdampak pada penghambatan metabolisme lain seperti transpirasi, proses fotosintesis, sistem transportasi dan lain – lain. Jika metabolisme organisme terhambat maka pertumbuhan dan juga perkembangan tidak akan berjalan dengan baik.

5. Penghambat Sintesis Protein

Sintesis protein sangat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Metabolisme protein dalam tubuh akan berjalan dengan baik jika mendapat dukungan sintesis protein yang baik. Jika terhambat maka metabolisme tubuh pun akan terhambat.

6. Penurun Daya Permeablitas Membran

Metabolisme yang berjalan tidak baik akan berdampak pada penurunan kemampuan membran sel untuk dilewati berbagai partikel yang dibutuhkan oleh tubuh. Jika ini terganggu maka perkembangan dan pertumbuhan sel akan terganggu pula.

7. Penghambat Aktivitas Enzim

Enzim adalah salah stau contoh protein fungsional yang berperan dalam terjadinya metabolisme tubuh. Jika fungsi dari enzim terus terganggu maka metabolisme tubuh akan terganggu. Metabolisme tubuh yang berjalan tidak baik akan berdampak pada kelangsungan hidup dari organisme tersebut.

Peran dari Alelopat  yang merugikan harus diwaspadai terutama jika ingin menanam secara tumpang sari. Berikut adalah beberapa contoh simbiosis alelopat yang terjalin antar organisme.

1. Dinoflagelata dengan Phytoplankton

Dinoflagelata adalah salah satu organisme kryptogamae atau tumbuhan tingkat rendah yang memiliki kemampuan untuk berfotosintesis. Dinoflagelata adalah salah satu jenis Alga uniseluler yang diketahui dari berbagai jenis – jenis Alga ini biasa ditemui di perairan berwarna kuning coklat. Jika ingin melihat alga ini harus menggunakan mikroskop karena merupaka mikroorganisme. Dinoflagelata bisa kita ditemui di perairan asin.

Sekitar 20 species dari dinoflagelata memiliki racun yang berbeda – beda. Racun yang dikeluarkan oleh Dinoflagelata berbahaya bagi fitoplanton, ikan, bahkan manusia. Racun tersebut dapat terakumulasi dalam rantai makanan dan berdampak negatif. Di perairan asin Teluk Jakarta yang telah terpapar berbagai limbah ditemukan Diophysis spp, Alexandrium spp, dan Pseudonitschia spp. Racun yang terpapar pada berbagai hasil laut seperti ikan, kerang, dapat berakibat fatal untuk kehidupan manusia.

Berdasarkan penelitian Steiding r (1983), Steidinger dan Baden (1984), dan Taylor (1985) diketahui bahwa Alexandrium spp seringkali menginfeksi kerang yang beresiko kanker pada hati. Jenis racun saxitoxin diketahui membunuh 1100 lebih efektif dibanding sianida. Pengujian pada tikus menyatakan racun ini juga lebih efektif 500 kali dibanding kobra. Racun dengan kemampuan membunuh tertinggi terdapat di species Gambierdiscus toxicus. Sanitasi yang baik sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga tidak makanan tidak lagi terpapar zat beracun. Jika hal tersebut terus diabaikan, dan kita memakan makanan laut berbahaya maka akan beresiko kematian. Kelompok alga yang memiliki zat Alelopat tidak hanya Dinoflagelata namun juga Sianobakteria dan Flagellata.

2. Porifera Plakortis halichondroides dan Koral Agaricia lamarcki

Porifera adalah salah satu invertebrata atau hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Menurut Porter dan Target (1988) ditemukan zat Alelopat pada pada hewan spons Plakortis halichondroides yang dapat mengganggu pertumbuhan pada koral salah satunya yaitu Agaricia lamarcki. Koral Agaricia lamarcki dapat menderita nekrosis sebelum akhirnya mati. Zat alelopat yang dihasilkan oleh porifera tersebut adalah cara untuk Porifera Plakortis halichondroides bertahan diri dan berebut nutrisi.

3. Jamur Penicillium sp dan Berbagai Mikroorganisme

Jamur Penicillium sp adalah salah satu jenis jamur yang memiliki habitat di tanah, makanan basi, dan lain – lain. Jamur ini tergolong dalam mikrofungi atau jamur yang hanya dapat dilihat dengan meggunak mikroskop. Beberapa jenis Jamur Penicillium sp bisa dimanfaatkan sebagai antibiotik. Zat metabolit sekundernya bisa membunuh mikroorganisme lain. Penggunaan jamur ini dalam dunia pengobatan harus dengan dosis dan penanganan yang tepat. Beberapa zat antbiotik yang bisa didapatkan dari jamur ini yaitu Ampisilin, Oksasilin, Azlozilin, Mezlosilin, Nafsilin, dan lain – lain.

4. Kamboja (Plumeria sp) dan Gulma

Jika kita perhatikan pada tanaman Kamboja (Plumeria sp) di taman, bunga yang memiliki wangi yang khas dan umumnya tumbuh jauh dari tanaman – tanaman lain. Rumput liar atau tanaman liar lain tidak mampu tumbuh berdampingan dengan tanaman bunga Kamboja (Plumeria sp). Zat alelopat yang dimilikinya bekerja layaknya herbisida, yakni membasmi tanaman lainnya.

5. Alang – Alang (Imperata cylindrica) dan Gulma

Tanaman Alang – Alang banyak tumbuh liar secara rimbun tanpa memberi satupun ruang untuk tanaman lain hidup. Alang – Alang (Imperata cylindrica) mensekresikan senyawa fenol, asam valinik, dan karbolik untuk menghambat pertumbuhan tanaman disekitarnya. Senyawa – senyawa tersebut akan meracuni tanaman sekitar dan menghambat pertumbuhannya. Tanaman yang tumbuh akibatnya tidak dapat bertahan hingga akhirnya mati.

6. Pinus (Pinus merkusi) dan Gulma

Jika kita pergi ke hutan pinus, kita hanya akan melihat pohon – pohon pinus yang menjulang tinggi. Pinus adalah salah satu tumbuhan tinggi yang dikenal memiliki zat alelopat. Zat tersebut akan akan mengakibatkan tanah yang ada di sekitar kebun pinus memiliki pH asam. Keasaman tanah yang berlebih membuat tanaman lain tidak dapat tumbuh bersama pinus.

Hutan pinus hanya akan dipenuhi dengan cover ground atau penutup tanah berupa buah pinus. Rumput liar atau tanaman yang dianggap sebagai gulma tidak dapat hidup dengan baik, sehingga perebutan nutrisi tidak terjadi. Nutrisi dalam tanah hanya akan diserap oleh Pinus (Pinus merkusi) tanpa berbagi dengan tumbuhan lain. Hal tersebut memungkinkan Pinus untuk tumbuh lebih optimal pada hutan – hutan di Indonesia.