6 Faktor Yang Mempengaruhi Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia

Faktor Yang Mempengaruhi Persebaran Flora dan Fauna, Apa itu Flora? Flora adalah nama yang diberikan kepada kehidupan kolektif tumbuhan yang tumbuh atau pernah tumbuh di area tertentu, atau pada periode tertentu. Kehidupan tumbuhan di bumi bisa dibedakan melalui beberapa cara, cara paling sederhana yaitu dengan berdasarkan daerah. Tumbuhan yang tumbuh secara spesifik di pegunungan akan berbeda dengan yang tumbuh di gurun. Ilmuwan juga mempelajari tentang ‘Fossil Flora’, yaitu studi tentang kehidupan tanaman pada zaman pra sejarah. (Baca: Pengertian Flora)

PERSEBARAN FLORA DAN FAUNASama dengan Flora, Fauna adalah istilah yang dibuat untuk menjelaskan kehidupan kolektif hewan yang hidup atau pernah hidup di daerah tertentu atau waktu tertentu. Fauna juga dibedakan dengan beberapa cara, tetapi, pembagian atau klasifikasi fauna ini lebih rumit karena kehidupan hewan sudah berevolusi menjadi bentuk yang berbeda-beda.

Contoh  klasifikasi fauna adalah ‘Avifauna’ yang merujuk pada burung, ‘Piscifauna’ yang merujuk pada ikan, dan ‘Microfauna’ yang menjelaskan tentang hewan berukuran kecil. (Baca: Pengertian Fauna)

Biodiversitas atau keanekaragaman hayati (termasuk di dalamnya flora dan fauna) tidak tersebar secara merata di bumi ini, tetapi bervariasi antara wilayah satu dengan yang lainnya. Faktor Yang Mempengaruhi Persebaran Flora dan Fauna, keanekaragaman biota tergantung pada suhu, presipitasi, ketinggian, tanah, geografi, dan kehadiran spesies lain. Secara garis besar, keanekaragaman flora dan fauna di wilayah tropik (wilayah yang berada di garis katulistiwa) lebih tinggi  dari pada di wilayah sub tropik. (Baca: Pengelompokan Hewan)

Faktor Abiotik

FAKTOR ABIOTIKAda tiga jenis utama dari faktor abiotik, yaitu faktor klimat (terdiri dari cahaya matahari, atmosfer, kelembaban, suhu, dan salinitas), faktor edafik (mengenai tanah seperti struktur tanah, geologi lokal, pH tanah, dan aerasi), dan faktor sosial (seperti penggunaan lahan dan ketersediaan air).

Faktor abiotik adalah komponen yang tidak hidup dari eoksistem.Faktor geologis, kimia seperti tanah, mineral, batu dan faktor klimat seperti suhu, angin, air, cahaya matahari didefinisikan sebagai faktor abiotik.

Faktor abiotik berpengaruh terhadap ekosistem dan memainkan peran vital di biologi ekosistem. Komponen biotik yang termasuk flora, fauna, mikroba berinteraksi dan tergantung dengan faktor abiotik. (Baca: Cara Hewan Beradaptasi Dengan Lingkungannya)

1. Faktor Edafaik (Tanah)

Faktor edafik adalah faktor abiotik yang menjelaskan tanah. Faktor-faktor edafik di antaranya adalah:

  • Tekstur tanah

Tekstur tanah adalah variabel dari partikel tanah seperti liat sampai partikel tanah yang lebih besar seperti pasir.

  • Udara tanah

Udara air adalah ruangan antara partikel-partikel tanah dimana tidak terisi oleh air tanah.

  • Suhu tanah

Suhu tanah adalah faktor yang penting, karena mempengaruhi kehidupan mikrobiologi tanah seperti dekomposer (pengurai) bahan organik tanah.

  • Air tanah

Air tanah diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu air kapilaritas, air higroskopik, air gravitasi.

  • pH tanah

pH tanah mempengaruhi aktivitas biologi tanah dan ketersediaan mineral. pH tanah juga mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan dan mikroba tanah. pH yang optimal untuk kehidupan tumbuhan adalah pH 7 (netral), tetapi ada beberapa spesies yang bisa hidup di pH lebih tinggi atau lebih rendah.

  • Salinitas

Salinitas adalah tingkat ion atau garam di dalam tanah, salinitas ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan pergerakan pasang surut. Tanaman yang bisa bertahan hidup di lingkungan dengan salinitas tinggi disebut halophytes.

  • Nutrisi Mineral

Nutrisi mineral (termasuk garam, biasanya terdapat dalam tingkat yang rendah, dilepaskan ke dalam tanah oleh dekomposisi materi orgaik. Untuk pertumbuhan tanaman, garam mineral dibutuhkan dalam kuantitas yang banyak (makronutrisi, termasuk ion logam seperti kalium dan kalsium, dan ion non logam seperti nitrat dan fosfat. Nutrisi anorganik lainnya, yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, disebut mikronutrisi.

Biasanya, tanah dengan jumlah air yang tinggi cenderung memiliki flora dan fauna yang banyak, karena air adalah bahan esensial untuk kehidupan, Tetapi, karena beberapa organisme membutuhkan air dalam jumlah tertentu, mereka tidak bisa bertahan hidup di lingkungan yang lebih kiring atau lebih basah. (Baca: Tumbuhan Yang Hampir Punah)

2. Cahaya

Cahaya adalah sumber energi utama di hampir semua ekosistem di bumi ini. Energi cahaya digunakan oleh organisme heterotrof untuk memproduksi makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Faktor dari cahaya seperti kualitasnya, intensitas, dan panjang periode cahaya memainkan peran yang penting untuk ekosistem dan persebaran flora fauna. (Baca: Fungsi Cahaya Matahari bagi Tumbuhan)

  • Kualitas cahaya

Kualitas Cahaya mempengaruhi ekosistem akuatik, seperti contohnya di laut, di mana cahaya biru dan merah yang diserap, semakin dalam di lautan, cahaya yang bisa penetrasi hanya cahaya dengan panjang gelombang warna biru. Beberapa alga mempunyai figmen khusus yang mengabsorbsi warna cahaya tertentu. (Baca: Kebutuhan Makhluk Hidup)

  • Intensitas cahaya

Intensitas cahaya bergantung terhadap garis lintang dan musim tahunan. Selama periode dari Maret sampai September misalnya, di belahan bumi bagian selatan hanya menerima cahaya matahari kurang dari 12 jam per hari, sementara di luar periode itu, menerima cahaya matahari lebih dari 12 jam per hari. Hal ini mempengaruhi cara adaptasi organisme (termasuk flora dan fauna). (Baca: Fungsi Matahari Pada Tumbuhan)

  • Bunga

Beberapa tanaman hanya berbunga selama periode tertentu dalam sat tahun. Salah satu yang menyebabkan hal ini adalah panjang periode gelap. Tergantung dari intensitas cahaya, tumbuhan digolongkan menjadi tumbuhan hari pendek (Contohnya Chrysanthemum sp.,), tumbuhan hari panjang (contohna gandum), dan tumbuhan hari netral (Contohnya tomat, jagung). (Baca: Keseimbangan Ekosistem)

3. Suhu

Suhu mempengaruhi distribusi flora (tumbuhan) dan fauna (hewan). Hal ini terjadi karena hewan dan tumbuhan mempunyai cara adaptasi tersendiri untuk bertahan hidup dalam menghadapi suhu lingkungannya. Contoh dari efek suhu terhadap tumbuhan dan hewan adalah sebagai berikut:

  • Berbunganya tumbuhan, baik itu pada siang hari atau malam, dipengaruhi oleh perbedaan suhu antara siang dan malam.
  • Beberapa tumbuhan dua-tahunan berkecambah selama musim semi atau musim panas, hal ini disebut vernalisasi.
  • Beberapa buah di pohon memerlukan suhu yang dingin agar dapat berbunga pada musim semi.
  • Hewan memiliki perbedaan yang jelas antara hewan berdarah dingin atau hewan berdarah hangat. Hewan berdarah dingin adalah hewan yang tidak bisa memproduksi panas dalam tubuhnya, jadi mereka hanya panas dari lingkungan sekitarnya seperti menjaga panas dari cahaya matahari, contoh dari hewan ini adalah reptil. Sementara hewan berdarah hangat adalah hewan yang bisa memproduksi panas dalam tubuhnya, contohnya adalah mamalia dan burung. (Baca: Hewan Berdarah Dingin dan Panas)
  • Perbedaan suhu dalam lingkungan juga mengakibatkan migrasi musiman pada beberapa spesies hewan.

4. Air

Habitat hewan dan tumbuhan sangat bervariasi dari lingkungan akuatik ke gurun yang kering. Air adalah komponen esensial untuk kehidupan dan semua makhluk hidup membutuhkan air secara langsung untuk bertahan hidup. Hewan darat rawan terhadap kekeringan dan hewan-hewan ini menunjukkan jenis adaptasi yang bermacam-macam terhadap ketersediaan air ini. Beberapa adaptasi yang terlihat pada hewan darat adalah:

  • Penutup tubuh yang membatasi kehilangan air.
  • Beberapa hewan mempunyai kelenjar keringat yang digunakan untuk mendinginkan suhu tubuh dan menekan kehilangan air.
  • Jaringan pada beberapa hewan seperti unta toleran terhadap kehilangan air.

5. Tofografi

Tofografi adalah bentuk lanskap yang mana menentukan aspek lereng dan elevasi. Tofografi ini memberikan variasi terhadap ekosistem. Contohnya adalah topografi padang rumput bervariasi seperti bukit, padang rumput, tebing, dataran rendah, dan lain-lain, yang memberi variabilitas pada bentuk kehidupan. (Baca: Cara Hewan Beradaptasi dengan Lingkungannya)

  • Aspek arah suatu lahan juga memberi pengaruh terhadap flora dan fauna, seperti lahan yang menghadap selatan atau matahari lebih panas dan kering dari pada area di utara yang jauh dari matahari.
  • Kemiringan suatu area juga menjadi faktor yang penting, karena air mungkin dapat mengalir ke bawah atau terserap di dalam tanah yang membuat air ini tersedia untuk tumbuhan.

6. Angin dan Udara Atmsofer

Angin adalah hasil dari interaksi antara udara panas yang berekspansi dan konveksi di garis lintang tengah. Interaksi yang kompleks ini mempengarhi rotasi bumi dan hasilnya adalah gaya sentrifrugal yang ‘mengangkat’ udara di daerah katulistiwa. Beberapa efek dari angin ini adalah:

  • Angin juga membawa uap air yang terkondensasi (biasanya dalam bentuk awan) dan jatuh dalam bentuk hujan atau salju.
  • Angin juga membantu penyerbukan beberapa tumbuhan dan penyerbukan yang dilakukan serangga.
  • Angin juga bisa menyebabkan erosi tanah.

Berikut adalah pembahasan tentang Faktor Yang Mempengaruhi Persebaran Flora dan Fauna. Flora dan fauna adalah organisme yang mempunyai insting bertahan hidup dan mekanisme adaptasi terhadap lingkungannya. Lingkungan di bumi ini bermacam-macam, mulai dari yang beriklim tropis dan sub tropis, yang bersuhu tinggi dan rendah, curah hujan tinggi dan rendah, ketersediaan air hingga interaksi dengan sesama organisme. Karena hal ini, organisme (flora dan fauna) menyebar ke suatu tempat tertentu yang sesuai dengan kebutuhannya untuk bertahan hidup.