7 Efek Hormon Stres (Kortisol) pada Metabolisme Protein

Pernahkah sobat mengalami stres dan menyebabkan berbagai dampak stres pada berbagai sistem tubuh manusia? stres ialah kondisi dimana fisik dan pikiran merasa tidak mampu mengatasi atau beradaptasi dengan segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya atau di sekitar lingkungannya. Stres umumnya memiliki dampak berbeda pada setiap individu yang bergantung pada metabolisme tubuh dan pola hidupnya sehari hari.

Nah sobat, stres yang terjadi pada seseorang yang timbul karena macam hormon pemicu stres pada manusia itu menimbulkan reaksi biologis pada tubuh dengan meningkatnya produksi hormon stres (kortisol) dan mempengaruhi semua aliran nutrisi pada tubuh. Salah satu nutrisi yang dibutuhkan tubuh ialah protein yang ikut terkena dampaknya, berikut ulasan lengkap mengenai Efek Hormon Stres (Kortisol) pada Metabolisme Protein.

  • Menurunkan metabolisme protein sel

Hal ini terjadi karena hormon stres (kortisol) meningkatkan proses glukoneogenesis atau pengolahan gula, dimana metabolisme protein metabolisme protein dipecah menjadi asam amino kemudian diubah menjadi glukosa di dalam darah sebagaimana proses efek hormon stres (kortisol) pada metabolisme lemak.

  • Meningkatkan metabolisme protein hati dan metabolisme protein plasma.

Berbeda dengan kondisi metabolisme protein sel yang terus dipecah, di dalam hati justru terjadi peningkatan sintesis metabolisme protein. Sintesis metabolisme protein di dalam hati menghasilkan metabolisme protein plasma yang selanjutnya dilepaskan ke dalam darah. Belum ada penelitian biologi pasti mengenai kejadian ini, tetapi diduga bahwa pemecahan metabolisme protein sel

(yang dijelaskan pada point sebelumnya) menyebabkan mobilisasi asam amino menuju hati menjadi meningkat. Selain itu, hormon stres (kortisol) juga diduga meningkatkan ekspresi gen tertentu di dalam hati sehingga meningkatkan produksi enzim terkait pembentukan proses pembentukan metabolisme protein plasma.

  • Meningkatkan kadar asam amino darah

Berkurangnya pengangkutan asam amino ke sel sel ekstra hepatik, dan peningkatan pengangkutan asam amino ke sel sel hati sehingga beresiko menyebabkan berbagai penyakit yang berhubungan dengan organ hati.

  • Menghambat kerja protein dalam memperbaiki sel sel tubuh

Pelepasan hormon hormon stres (kortisol) akan mengakibatkan perubahan proses metabolisme tubuh yang menyebabkan kerja protein terhambat sehingga proses perbaikan dan pembentukan sel sel tubuh juga menjadi terpengaruh. Memicu ketidaknormalan kadar protein, yang akhirnya mempercepat penyusutan tulang pemicu osteoporosis,

serta mengganggu sistem kekebalan tubuh dimana protein diperlukan tubuh untuk memperbaiki sel sel yang rusak.  Itulah sebabnya individu yang stres mudah terserang penyakit hati. Dan yang paling ditakutkan banyak wanita, hormon stres (kortisol) berlebih bisa memicu naiknya berat badan karena protein tidak diproses secara sempurna dalam tubuh.

  • Pengaruh pada pemrosesan makanan

“Pelepasan hormon hormon stres (kortisol) menjadi sinyal bagi tubuh untuk melakukan pertahanan dengan konsumsi makanan berkalori tinggi,“ Penelitian biologi menemukan bahwa stres berkepanjangan memengaruhi hormon ghrelin, yang memicu rasa lapar. Artinya, mereka yang mengalami stres jangka panjang umumnya akan melihat makanan jauh lebih menggiurkan dan cenderung makan makanan yang tidak sehat sehingga membuat kadar protein semakin berkurang dan makanan tidak dapat diproses dengan baik.

  • Berkurangnya selera makan tinggi protein karena respon otak

Penelitian biologi lain menunjukkan bahwa hormon stres yang tinggi juga memengaruhi selera makan terhadap santapan berkadar lemak dan gula tinggi dan berkurangnya keinginan menjalani pola makan sehat yang tinggi protein. Setelah dicerna, makanan makanan jenis ini akan memancing umpan balik yang menghambat aktifitas otak terkait proses terciptanya stres.

  • Menimbulkan penyakit hati karena akdar protein tidak normal

Jangan anggap remeh saat stres melanda. Bukan hanya memicu sakit kepala atau perasaan tak tenang, stres berkepanjangan berpotensi kuat memicu penyakit kronis dan penyakit hati, seperti tekanan darah tinggi, jantung, atau stroke. Penyakit hati yang menyerang tentu akan berpengaruh pada organ hati itu sendiri dan menyebabkan tubuh sering merasa lelah dan malas.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga menjadi wawasan yang bermanfaat untuk sobat, jangan lupa jalankan pola hidup sehat dan hindari stres agar metabolisme protein di dalam tubuh dapat berfungsi secara normal, sampai jumpa di artikel berikutnya ya sobat, terima kasih.