5 Daur Hidup Cacing Kremi dan Penjelasannya

Mungkin diantara kalian pernah mendengar mitos memakan parutan kelapa terlalu banyak dapat menyebabkan kremian. Kremian adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan adanya cacing putih kecil, berbentuk seperti parutan kelapa keluar dari anus manusia. Cacing yang bertanggungjawab dalam hal ini adalah cacing kremi (Enterobius vermicularis). Bentuk cacing kremi memang mirip dengan parutan kelapa sehingga wajar apabila tercipta mitos tersebut. Apakah mitos ini benar? Berikut ini penjelasan tentang cacing kremi.

Anatomi dan Fisiologi

Dalam klasifikasi makhluk hidup, cacing kremi (Enterobius vermicularis) tergolong dalam filum nemathelminthes atau nematode. Nemathelminthes berasal dari bahasa Yunani “Nema” yang berarti benang, dan “helminthes” yang berarti cacing. Jadi secara terminologi nemathelminthes memiliki arti kelompok cacing yang mirip dengan benang. Filum ini adalah pengelompokan hewan cacing dengan tubuh berbentuk bulat panjang dan berujung runcing sehingga sering disebut cacing gilig.

Berbeda dengan ciri-ciri platyhelminthes (cacing pipih), filum nematoda memiliki sistem tubular dengan bukaan di kedua ujung tubuhnya. Nematoda dapat ditemukan pada setiap ekosistem yang ada di bumi. Baik di ekosistem alami maupun ekosistem buatan. Nemotoda termasuk biota laut dengan jumlah terbanyak. Sebagian besar cacing dalam filum nematoda memiliki sifat parasit, khususnya pada manusia.
Taksonomi cacing kremi adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Nematoda
Kelas: Chromadorea
Ordo: Ascaridida
Famili: Oxyuridae
Genus: Enterobius
Spesies: Enterobius vermicularis

  1. Struktur Tubuh

Cacing kremi merupakan salah satu hewan invertebrata, sehingga tidak memiliki struktur jaringan tulang pada hewan vertebrata. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada artikel hewan vertebrata dan invertebrata. Struktur tubuh cacing kremi secara umum adalah:

  • Tubuh cacing tidak memiliki segmen dengan lapisan luar yang licin
  • Bentuknya bulat panjang dengan ujung anterior dan posterior yang runcing
  • pada cacing jantan ujungnya melingkar sedangkan pada betina lurus meruncing
  • Memiliki tiga lapisan tubuh yaitu eksoterm, mesoterm, dan endoterm
  • Memiliki rongga semu disebut pseudoaselomata
  • Ukuran jantan lebih kecil dibanding ukuran betina. Ukuran cacing kremi jantan sekitar 2-5 mm sedangkan betina 8-13 mm.
  1. Sistem Tubuh

Sebagai organisme, cacing kremi juga menunjukkan ciri ciri makhluk hidup seperti bernafas, membutuhkan energi, dan bergerak. Semua kebutuhan makhluk hidup yang dimiliki cacing kremi didapatkan dengan bantuan sistem tubuhnya. Tubuh cacing kremi memiliki beberapa sistem tubuh yang masih sederhana. Sistem tubuh pada cacing kremi adalah:

  • Sistem pencernaan – sistem pencernaan cacing kremi terdiri atas mulut, faring, usus, dan anus.
  • Sistem ekskresi – sistem ekskresi pada hewan cacing kremi terdiri atas 2 lubang dibagian ventral
  • Sistem reproduksi – cacing kremi berjenis jantan dan betina. Reproduksi dilakukan dengan cara bertelur dan dimatangkan pada bagian anus manusia.
  • Sistem pernafasan – cacing kremi memiliki sistem pernafasan invertebrata berupa kulit dengan cara difusi.
  • Sistem saraf – cacing kremi memiliki sistem saraf cincin yang melingkari esofagus.

Daur Hidup

life%20cycle_clip_image002_0001
Manusia merupakan inang utama cacing kremi. Daur hidup cacing kremi terjadi dalam sistem pencernaan pada manusia khususnya dibagian usus dan anus. Tahapan siklus hidup cacing kremi antara lain:

  1. Telur menetas – telur cacing kremi menetas pada bagian bagian usus halus, khususnya pada usus duabelas jari. Setelah menetas, larva cacing berkembang didalam usus halus hingga ukuran 150 µm. selanjutnya cacing kremi bermigrasi menuju kolon.
  2. Perkawinan – pada perjalanan ke kolon, cacing jantan dan betina kawin pada bagian ileum. Setelah perkawinan biasanya cacing jantan akan mati. Sedangkan cacing betina akan menempel pada mukosa bagian bagian usus besar dan menyerap makanan yang ada di kolon.
  3. Bertelur – satu cacing betina biasanya bertelur sebanyak 11.000-16.000. Diperkirakan cacing betina memerlukan waktu 5 minggu dari mulai menetas hingga waktunya bertelur. Saat waktunya bertelur, cacing akan berjalan keluar dari anus dan meletakkan telur dibagian anus. Hal ini dilakukan karena telur memerlukan oksigen untuk pematangannya. Pada saat ini, kita akan melihat cacing cacing dengan bentuk seperti kelapa parut ada disekitar anus.
  4. Pematangan telur – telur telur yang diletakkan pada anus memerlukan waktu sekitar 4-6 jam untuk matang. Disaat ini kulit sekitar anus akan terasa gatal. Apabila digaruk, telur akan menempel pada tangan dan ada kemungkinan termakan kembali apabila inang tidak higienis.
  5. Telur masuk kedalam tubuh – telur dapat menempel ditangan, celana, atau sprei. Dari sini telur dapat berpindah ke mainan dan benda benda lain sampai dapat masuk lagi kedalam tubuh manusia. Telur dapat masuk kedalam tubuh melalui tangan, makanan/minuman yang terinfeksi, atau karena kontak dengan inang cacing kremi.
    Oleh karena itu, penderita cacing kremi biasanya anak yang masih kecil karena biasanya mereka masih belum sadar masalah kebersihan.

Gejala dan Pencegahan

Cacing kremi dapat menyebabkan infeksi yang sering disebut dengan enterobiasis atau kremian. Gejala infeksi ini adalah rasa gatal pada daerah anus. Infeksi biasanya terjadi pada usia anak sekolah dasar, karena kurangnya kesadaran kebersihan diri dan lingkungan, khususnya pada negara-negara berkembang seperti Indonesia. Gejala yang sering dirasakan adalah:

  • Kesulitan tidur, hal ini disebabkan karena rasa tidak nyaman, gatal, dan peradangan pada daerah anus.
  • Kurang nafsu makan
  • Berat badan menurun
  • Emosi tidak stabil
  • Enuresis
  • Infeksi saluran kencing

Penyebaran infeksi ini dilakukan oleh telur cacing kremi yang menempel pada tangan, pakaian, tempat tidur, atau tempat makan. Telur juga dapat berpindah dari inang melalui kontak langsung misalnya pada ibu yang anaknya terinfeksi. Telur cacing dapat bertahan selama 3 minggu atau lebih apabila kondisi lingkungannya mendukung. Dengan demikian makanan yang dibiarkan terbuka biasanya mudah menjadi sumber infeksi bagi manusia. Salah satunya adalah kelapa.

Kelapa biasanya diparut dan diperas secara manual menggunakan tangan. Apabila ada telur yang menempel, maka telur dapat masuk ke dalam tubuh saat mengonsumsinya. Maka mitos makan kelapa parut sebenarnya kurang tepat, karena bukan kelapa yang menyebabkan kremian tapi telur cacing yang kemungkinan masuk bersamaan dengan makanan yang dikonsumsi.
Cara pencegahan yang utama adalah menjaga kebersihan diri dan tempat tinggal. Namun beberapa cara pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah:

  • Mencuci tempat makanan orang yang terinfeksi dengan air panas
  • Rajin mengganti celana dalam
  • Mengganti sprei dan handuk mandi secara rutin
  • Mencuci tangan sebelum makan