Kelaparan atau dengan istilah lain dikenal sebagai starvasi adalah suatu kondisi dimana tubuh mengalami kekurangan asupan energi dan unsur-unsur gizi esensial lainnya yang berlangsung selama beberapa hari sehingga menyebabkan terjadinya berbagai perubahan mekanisme dalam tubuh, terutama sistem metabolisme.
Saat tubuh minim atau tidak mendapatkan suplai energi sama sekali, maka prioritas utama yang akan dilakukan adalah penyediaan glukosa untuk otak. Seperti yang kita ketahui bahwa otak adalah pusat pengatur seluruh proses yang ada di tubuh, maka sangatlah wajar jika otak merupakan organ dengan kebutuhan energi terbesar yaitu 25% dari total kebutuhan.
Meskipun tidak ada makanan yang dikonsumsi, tubuh memiliki simpanan glukosa yang terletak di organ hati dan otot dalam bentuk glikogen. Glikogen di hati inilah simpanan utama yang akan pertama kali dipecah untuk menyuplai glukosa ke otak dan organ lain yang membutuhkan, proses ini dinamakan glikogenolisis.
Namun, simpanan ini tentu saja jumlahnya terbatas, hati hanya mampu menyimpan glikogen sebanyak 100-110 gram. Secara umum, glikogen hati ini akan habis terpakai sekitar 10-18 jam tergantung aktivitas yang dilakukan.
Kemudian, apa yang terjadi ketika cadangan glukosa di hati sudah habis?
Setelah proses glikogenolisis tidak dapat lagi dilakukan, maka mekanisme selanjutnya yang terjadi adalah pembentukan glukosa bukan dari karbohidrat, melainkan dari laktat, piruvat, asam amino dan gliserol, proses ini dinamakan gluconeogenesis. Proses gluconeogenesis biasanya juga terjadi di hati, namun juga berlangsung di ginjal.
Proses gluconeogenesis yang pertama adalah pemecahan simpanan lemak berupa asam lemak dan gliserol. Proses pemecahan ini akan menghasilkan keton, dimana keton inilah yang menjadi sumber energi pengganti glukosa yang dapat digunakan secara langsung oleh otak. Proses pemecahan lemak atau lipolysis ini terus berlangsung hingga cadangan lemak tubuh habis.
Semakin hari tentunya tubuh akan semakin lemah. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa kondisi starvasi akan menyebabkan terjadinya banyak perubahan pada tubuh khususnya metabolisme dan imunitas. Kerja otak pun mengalami perubahan.
Asupan yang minim selama berhari-hari dan hanya mengandalkan suplai energi dari cadangan glukosa dan lemak membuat otak mengalami penurunan tingkat ketajaman dalam berpikir. homeostasis glukosa dalam darah manusia bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.
Tubuh juga melakukan mekanisme pengurangan penggunaan energi, otak yang tadinya butuh 120 gram glukosa per hari, bisa menurun kebutuhannya hingga menjadi 30 gram, terutama saat cadangan energi di tubuh sudah semakin terkuras.
Saat cadangan glukosa habis dan cadangan lemak habis, maka tahapan paling akhir adalah penggunaan simpanan protein. Potein disimpan di tubuh dalam bentuk asam amino dan letak penyimpanannya adalah di sel-sel otot.
Asam amino hasil pemecahan sel-sel otot akan masuk ke aliran darah untuk kemudian menuju ke hati. Di hati, asam amino akan mengalami proses gluconeogenensis untuk diubah bentuknya menjadi glukosa. metabolisme asam amino bisa anda jadikan sebagai informasi tambahan.
Proses ini semacam kanibalisme yang terjadi di dalam tubuh. Sel-sel otot akan menghancurkan dirinya sendiri agar tubuh dapat tetap memenuhi kebutuhan energinya. Pada kondisi ini tubuh akan menjadi sangat kurus, terlihat seperti tulang yang terbungkus kulit.
Hal ini terjadi karena semua cadangan energi dalam tubuh baik berupa glikogen, jaringan lemak dan jaringan otot sudah dipecah untuk menghasilkan energi. Inilah fase akhir pada starvasi yang berkepanjangan, yaitu terjadinya kwashiorkor atau marasmus.
Jika kondisi ini terus berlanjut, lama kelamaan tubuh akan semakin melemah karena tidak ada lagi cadangan energi yang dapat digunakan. Selain itu, infeksi berbagai penyakit juga akan lebih mudah menyerang tubuh karena imunitas yang ikut menurun. Apabila tidak juga mendapatkan pertolongan, maka kondisi ini dapat berujung pada kematian.
Jika kita melewatkan waktu makan, jumlah nutrisi yang bersirkulasi dalam darah akan turun. Ketika kadar gula darah turun drastis, otak akan mengira kita berada dalam situasi mengancam nyawa. Otak lalu mengirim perintah ke beberapa organ untuk melepaskan hormon untuk meningkatkan kadar glukosa. Hormon utama yang dilepas adalah adrenalin.
Alasan mengapa kita jangan membiarkan perut selalu dalam keadaan kosong.
- Rasa ingin makan sesuatu (craving) meningkat saat perut kosong. Akibatnya, saat sudah ada makanan, biasanya kita akan kalap makan apa saja.
- Kekurangan energi karena kekurangan asupan bisa membuat fungsi tubuh tidak berfungsi normal. Itu sebabnya mengapa kita harus makan teratur.
- Kadar gula darah juga berpengaruh jika kita makan secara teratur tiga kali sehari dengan camilan sehat di antaranya. Kadar gula darah yang stabil penting.
- Bukan hanya kita merasa tidak bertenaga, kemampuan berpikir juga ikut berkurang. Kita menjadi tidak fokus sehingga tidak produktif bekerja. Ini karena otak bergantung pada glukosa untuk bekerja.
- Tubuh akan masuk dalam model kelaparan dan menyimpan lebih banyak lemak saat kita makan sebagai cadangan.
- Saat sedang kelaparan, emosi kita akan sulit dikontrol sehingga kita jadi gampang tersinggung dan marah. Kondisi ini disebut juga dengan “hangry” (hungry and angry).
Demikian yang bisa penulis sampaikan pada pembahasan kali ini mengenai reaksi tubuh saat kelaparan. Semoga bisa membawa banyak manfaat bagi anda semua. Terima kasih dan sampai jumpa di lain kesempatan. Salam hangat dari penulis.