7 Daur Hidup Cacing Perut dan Penjelasannya

Cacing perut (Ascaris lumbricoides) sering disebut juga dengan cacing gelang. Cacing ini hidup sebagai parasit dalam tubuh manusia. Mungkin beberapa dari kalian pernah melihat adanya cacing yang keluar bersamaan dengan feses, itulah cacing perut. Keberadaan cacing ini sangat merugikan bagi inangnya karena cacing ini bisa tumbuh sampai panjangnya hampir setengah meter dan menyerap zat zat nutrisi yang seharusnya diedarkan melalui sistem sirkulasi pada manusia. Berikut ini penjelasan tentang morfologi, daur hidup, gejala dan pencegahan gangguan akibat cacing perut ini.

Anatomi dan Fisiologi

Dalam klasifikasi makhluk hidup, cacing perut (Ascaris lumbricoides) tergolong dalam filum nemathelminthes (sekarang disebut nematoda). Nemathelminthes berasal dari bahasa Yunani “nema” yang berarti benang, dan “helminthes” yang berarti cacing. Jadi secara terminologi nemahelminthes memiliki arti kelompok cacing yang mirip dengan benang. Filum ini adalah pengelompokan hewan cacing dengan tubuh berbentuk bulat panjang dan berujung runcing sehingga sering disebut cacing gilig.

Berbeda dengan ciri-ciri platyhelminthes (cacing pipih), filum nematoda memiliki sistem tubular dengan bukaan di kedua ujung tubuhnya. Nematoda dapat ditemukan pada setiap ekosistem yang ada di bumi. Baik di ekosistem alami maupun ekosistem buatan. Nemotoda termasuk biota laut dengan jumlah terbanyak. Sebagian besar cacing dalam filum nematoda memiliki sifat parasit, khususnya pada manusia.
Taksonomi cacing perut adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Nematoda
Kelas: Chromadorea
Ordo: Ascaridida
Famili: Ascarididae
Genus: Ascaris
Spesies: Ascaris lumbricoides
Cacing perut merupakan salah satu hewan invertebrata, sehingga tidak memiliki struktur jaringan tulang pada hewan vertebrata. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada artikel hewan vertebrata dan invertebrata. Cacing perut merupakan jenis cacing terpanjang yang ditemukan dalam tubuh manusia. Sekilas bentuk cacing perut hampir menyerupai cacing tanah hanya berbeda warna. Warna cacing perut adalah putih. Anatomi cacing perut antara lain:
ascaris-male-female

  • Bentuk tubuh bulat memanjang dengan ujung anterior dan posterior meruncing.
  • Cacing jantan dewasa – Cacing jantan dewasa dapat tumbuh hingga 30 cm namun jarang ada yang lebih panjang dari itu dengan diameter 3-4 mm. Bagian ujung posterior (ekor) melengkung seperti bentuk kait dan meruncing.
  • Cacing betina dewasa – ukuran cacing betina dewasa dapat mencapai 50 cm dengan diameter 5 mm. Berbeda dengan cacing jantan, ujung posterior berbentuk lurus dan meruncing.
  • Telur – telur cacing perut memiliki bentuk oval dengan ukuran 60-75 µm. Telur cacing perut tidak mudah rusak karena dilapisi lapisan lemak, cangkang kitin, dan lapisan protein yang tebal dan tampak berbenjol-benjol.
  • Mulut terletak pada ujung anterior dan memiliki bentuk bibir bergigi sejumlah 3 buah.
  • Anus sebagai salah satu alat sistem sekresi hewan cacing berada pada ujung posterior.

Sistem pernafasan pada hewan cacing perut sama dengan sistem pernafasan hewan invertebrata dalam filum nemathelmintes lain yaitu melalui difusi. Cacing juga tidak memiliki sistem sirkulasi, akibatnya nutrisi beredar secara bebas dalam tubuhnya. Reproduksi cacing perut melalui perkawinan antara cacing jantan dan betina. Cacing betina diperkirakan dapat bertelur sebanyak 200.000 telur dalam sehari.

Daur Hidup

Daur hidup cacing perut melalui beberapa tahapan, yang dimulai dengan keluarnya telur bersama dengan feses.lifecycle_ascariasis1

  1. Cacing betina dewasa bertelur dalam bagian bagian usus halus kemudian telur terbawa keluar melalui feses. Dalam satu hari lebih dari 200.000 telur dapat keluar dari tubuh inang dan siap menginfeksi inang lain. Telur yang dapat menginfeksi manusia hanya telur yang telah dibuahi.
  2. Sama halnya dengan daur hidup cacing kremi, inang cacing perut adalah manusia. Telur dapat dengan mudah menyebar pada daerah dengan tingkat kebersihan yang rendah. Misalnya pada daerah pinggiran sungai aliran lambat. Penggunaan air sungai sebagai toilet, mencuci, sekaligus mandi dapat menjadi tempat penyebaran yang sesuai.
  3. Saat telur masuk kedalam usus sebagai sistem pencernaan pada manusia, telur cacing akan menetas menjadi larva.
  4. Larva akan menembus usus dan masuk ke dalam alat peredaran darah dan bergerak menuju jantung dan paru paru.Saat tiba di paru paru, larva akan merusak alveolus kemudian bergerak menuju laring.
  5. Keberadaan larva dalam laring akan merangsang batuk yang menyebabkan larva kembali tertelan dan masuk ke dalam sistem cerna
  6. Setelah tiba di usus, cacing akan menetap hingga menjadi cacing dewasa dan berkopulasi.
  7. Selanjutnya siklus akan terus berlanjut.

Infeksi dan Pencegahan

Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat infeksi cacing perut yang cukup tinggi. Askariasis atau yang lebih dikenal dengan penyakit cacingan biasanya banyak diderita oleh anak-anak usia sekolah. Askariasis memiliki tingkat kesembuhan tinggi sekitar 70-99%. Meskipun demikian penyakit ini cukup mengganggu fungsi dan kerja organ seperti cara kerja jantung dan mengganggu penyerapan nutrisi tubuh.

  1. Gejala

Beberapa gejala yang dialami penderita askariasis dapat mulai terlihat saat fase larva, sebagai berikut:

  • Fase larva – ada gangguan di hati dan paru paru, batuk, demam dan sesak nafas.
  • Fase dewasa – saat cacing berada di usus, inang akan mengalami gejala gejala seperti hilang nafsu makan, muntah, mual, diare, dan sulit buang air besar.

Komplikasi juga dapat terjadi apabila cacing menembus usus dan masuk dalam saluran empedu maka dapat menyebabkan kelainan pada hati seperti sirosis hati dan penyakit kuning. Cacing juga dapat menghambat penyerapan nutrisi dengan merusak fungsi dinding usus dan menyerap zat nutrisi yang seharusnya diserap tubuh. Akibatnya inang akan sulit berkonsentasi, mudah letih, dan lemas.

  1. Pencegahan

Penyebaran utama cacing perut ini adalah melalui kotoran manusia, sehingga kebersihan lingkungan sekitar sangat berpengaruh dalam memutus rantai penyebaran cacing perut. Beberapa langkah pencegahan agar tidak terinfeksi cacing perut adalah:

  • Tidak menggunakan jamban umum (yang berada pada pinggir sungai aliran lambat)
  • Tidak menggunakan air sungai yang tercemar feses untuk minum, mencuci piring, baju dan mandi.
  • Membangun kamar mandi dan jamban dalam tiap rumah
    Membiasakan diri mencuci tangan sebelum makan
  • Biasakan vaksin rutin minimal 6 bulan sekali

Selain tindakan pencegahan tersebut, pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengobati penderita cacing perut adalah memberikan obat dengan kandungan nitazoxanide 500 mg selama 3 hari berturut-turut. Pada kasus yang parah dan penderita tidak merespon pengobatan yang diberikan, maka dilakukan operasi laparotomy untuk mengangkat cacing dari dalam tubuh.