Dampak Biologis Industri Tekstil dan Penjelasannya

Industri tekstil dan produk  tekstil merupakan salah satu industri yang di prioritaskan  untuk dikembangkan karna memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penyumbang devisa negara, menyerap tenaga kerja dalam jumlah cukup besar, dan sebagai industri  yang diandalkan untuk memenuhi  kebutuhan sandang nasional.

Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui perolehan surplus ekspor terhadap impor selama satu dasawarsa terakhir, bahkan saat krisis  ekonomi melanda dunia. dampak positif dan negatif perkembangan ilmu biologi bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.

Tetapi untungnya ITPT  Nasional masih dapat mempertahankan  surplus perdagangannya dengan nilai tidak kurang dari US$ 5 Milyar, penyerapan tenaga kerja 1,34 juta jiwa, capaian TKDN hingga 63% dan berkontribusi memenuhi kebutuhan domestik sebesar 46%.

Dengan semakin berkembangnya industri tekstil tentu saja kan memeberika beberapa dampak. Dampak positif yang terjadi ialah :

  • Memajukan perekonomian negara dan meningkatkan pendapatan pajak negara
  • Membuka banyak lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar.
  • Dengan berkembangnya industri akan menghasilkan persaingan dalam kualitas pakaian yang dihasilkan.

Disamping dampak positif tersebut, industri tekstil juga memberikan beberapa dampak negatif pula. Terutama dalam masalah lingkungan yaitu limbah yang dihasilkannya.

Ada beberapa jenis limbah yang dihasilkan dalam proses produksinya. Biasanya limbah dalam bentuk yang padat disebut sebagai limbah sampah, limbah dalam bentuk cair seperti air kotor sebagai hasil buangan kegiatan cuci kakus atau disebut sebagai black water, dan air sisa atau buangan dari aktifitas produksi atau yang disebut juga dengan grey water.

Limbah yang dihasilkan oleh suatu pabrik tekstil biasanya merupakan buangan dari berbagai proses produksi yang dilakukan dalam pembuatan tekstil.

Proses itu dimulai dari proses pengkanjian hingga proses penyempurnaan. Ketika proses penyelesaian akan dilakukan proses pewarnaan pada tekstil, makan dalam proses inilah nantinya akan dihasilkan amoniak dalam kadar yang cukup tinggi yang dapat mencemari lingkungan terutama perairan jika proses pembuangannya tidak ditangani secara baik.

Dalam hal pembuangan limbah, biasanya industri tekstil melakukan pembuangan limbahnya ke sungai di daerah sekitar pabrik.

Padhal saat ini air sungai banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar mengingat sulitnya mendapatkan air yang bersih di era modern ini. Apalagi bagi masyarakat yang tidak mampu membeli air bersih, tentu akan menggunakan air sungai tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai pun sudah pasti akan menggunakan air sungai untuk mandi, mencuci bahkan untuk memasak. Limbah pabrik tekstil yang dibuang ke sungai tentu mengandung zat warna yang digunakna untuk mewarnai kain yang diproduksi.

Tentu saja hal tersebut  akan sangat berbahaya apabila pewarna kain yang digunakan untuk produksi tersebut bercampur dengan air sungai dan air tersebut digunakan untuk memasak. Jika dibiarkan, tentu akan mengganggu kesehatan masyarakat yang mengonsumsi air sungai yang tercampur zat warna dari limbah pabrik tekstil tersebut.

Menyikapi hal ini pemerintah melalui Kementrian Lingkungan Hidup sudah menggulirkan sertifikasi ramah lingkungan untuk berbagai industri, termasuk tekstil. Tetapi pada faktanya hingga kini belum ada satu pun industri tekstil yang mendapat predikat ramah lingkungan.

Masalah utama dalam hal limbah ini adalah belum adanya komitmen dari para pemilik usaha tekstil. Padahal, jika sudah adanya komitmen yang jelas, bukan tidak mungkin perusahaan akan bergerak ke industri ramah lingkungan.

Bagi para pelaku usaha industri tekstil yang membutuhkan sumber daya air dan energi luar biasa, industry ramah lingkungan bisa diartikan sebagai upaya penghematan air dan energi. Kemudian melakukan daur ulang limbah yang dihasilkan dan mengurangi efek rumah kaca.