Mekanisme Biologis Terjadinya Asi dan Penjelasannya

Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayiatau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu.

Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Para pakar masih memperdebatkan seberapa lama periode menyusui yang paling baik dan seberapa jauh risiko penggunaan susu formula.

Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau oleh wanita lain. ASI juga dapat diperah dan diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok, atau pipet.

Susu formula juga tersedia untuk para ibu yang tidak bisa atau memilih untuk tidak menyusui, namun para ahli sepakat bahwa kualitas susu formula tidaklah sebaik ASI.

Di banyak negara, pemberian susu formula terkait dengan tingkat kematian bayi akibat diare, tetapi apabila pembuatannya dilakukan dengan hati-hati menggunakan air bersih, pemberian susu formula cukup aman.

Siklus Terbentuknya ASI

1.Pembentukan ASI (laktogenesis) stadium 1

Terjadi kurang lebih pada kehamilan 20 minggu. Di sini mulai terjadi pembesaran dan penambahan alveolus serta lobulus yang nantinya akan memproduksi ASI.

Rangsangan prolaktin sudah ada namun kerjanya masih ditekan oleh hormon kehamilan yaitu hormon progresteron dan estrogen, maka tidak heran ada beberapa ibu hamil menjelang trimester 3 mulai mengeluarkan kolostrum tapi sedikit sekali.

ah ada namun kerjanya masih ditekan oleh hormon kehamilan yaitu hormon progresteron dan estrogen, maka tidak heran ada beberapa ibu hamil menjelang trimester 3 mulai mengeluarkan kolostrum tapi sedikit sekali.

Sel-sel penghasil ASI memang sudah mulai aktif sejak masa kehamilan namun belum siap untuk menyusui. Urban Mama tidak perlu khawatir akan kurangnya kolostrum untuk bayi nanti, ini kejadian normal dan tidak perlu dipompa. hormon penyebab konstipasi bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.

Rangsangan prolaktin akan jauh lebih besar saat bayi lahir nanti ketika hormon kehamilan yang semula menekan, menjadi turun jumlahnya segera setelah plasenta keluar. Prolaktin adalah hormon yang merangsang produksi ASI, sedangkan oksitosin adalah hormon pelancar keluarnya ASI.

2. Laktogenesis stadium 2

Akhir kehamilan sampai persalinan 48-72 jam. Begitu plasenta keluar, level progesteron dan estrogen yang semula tinggi langsung turun drastis tetapi masih tersisa sedikit di peredaran darah sehingga aktivitas penekanan minimal terhadap kerja prolaktin masih ada. Itulah yang menjelaskan mengapa ASI permulaan yaitu kolostrum pada 1-2 hari pertama dikatakan “belum keluar”.

Kalimat belum keluar perlu digarisbawahi karena sebenarnya kolostrum sudah keluar begitu bayi mulai menyusu. Salah satu faktor perangsang kuat 2 hormon ini yang nantinya dapat membantu keberhasilan menyusui yaitu IMD (Inisiasi Menyusu Dini) yang segera dilakukan begitu bayi lahir minimal 1 jam di dada ibu.

Produksi kolostrum menyesuaikan kebutuhan bayi baru lahir dan kapasitas lambung bayi baru lahir yang masih sedikit. Lemak coklat yang ada di bayi menjadi bekal energi untuknya sehingga sebenarnya bayi baru lahir cukup bulan yang bugar kuat tanpa minum 72 jam.

Hal penting di sini bagaimana agar laktogenesis tahap 2 dapat berjalan lancar, yaitu dengan rawat gabung (bayi 1 tempat tidur dengan ibu), skin-to-skin contact yang dapat dilakukan 2-3 jam sekali, serta membantu bayi mulai menyusu ke payudara dengan perlekatan yang baik.

Setelah hari ke-3 pasca persalinan, aktivitas penekanan dari progesteron dan estrogen sudah hilang dan sudah saatnya prolaktin-oksitosin yang berperan penuh, sehingga biasanya Mama mulai merasakan produksi ASI yang bertambah ditandai dengan payudara yang sudah mulai terasa kencang.

3. Laktogenesis stadium 3 (galaktopoesis)

Mempertahankan produksi dan lancarnya pengeluaran ASI dari hari ke-4 sampai ke 14, masa-masa penting dimana bayi secara alamiah akan menyusu langsung dari payudara.

Semakin sering bayi menyusu tentunya dengan perlekatan yang baik, akan semakin banyak pula ASI yang diproduksi dan dikeluarkan, ini yang menjelaskan teori demand and supply.

Hindari pemberian dot karena kecenderungan bayi akan lebih nyaman menyusu dengan dot daripada menyusu langsung ke payudara, meningkatkan risiko terjadinya bingung puting sampai menolak menyusu.

4. Involusi (berkurangnya kelenjar payudara)

Apabila bayi tidak menyusu dan ASI tidak dikeluarkan, mulai 40 hari setelah bayi berhenti menyusu makan aktivitas sel-sel penghasil ASI akan menurun.