Contoh Adaptasi Tanaman dalam Menghadapi Perubahan Iklim

Secara sederhana, adaptasi dipahami sebagai tindakan menyesuikan diri untuk mengantisipasi pengaruh buruk iklim nyata. Dengan cara membangun strategi antisipasi dan memanfaatkan peluang-peluang yang menguntungkan.

Tujuannya adalah meringankan dampak buruk perubahan iklim. Dari sudut pandang PBB, aktivitas yang berkenaan dengan adaptasi dilaksanakan sesuai dengan fakta yang ditemukan saat berlangsungnya perubahan iklim.

Kemudian fakta tersebut digali secara terus menerus untuk mendapatkan solusi yang tepat mengenai penanganan perubahan iklim tersebut. sebab suhu ekstrim mengubah warna tanaman bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.

Di Indonesia, ditingkat pemerintah upaya adaptasi sudah menjadi bagian dari rencana pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang yang dikenal dengan adaptasi perubahan iklim.

Iklim adalah sebuah keadaan cuaca yang berjalan dalam waktu lama. Rentang waktunya paling cepat adalah 30 tahun lamanya dan mempunyai sifat tetap. Waktu yang tidak sebentar untuk mendapatkan solusi terhadap perubahan iklim, khususnya pada saat proses pengamatan berlangsung.

Kita semua pasti sudah merasakan dalam waktu beberapa tahun terakhir ini perihal terjadinya pemanasan global yang salah satunya adalah disebabkan oleh Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 di atmosfer, yang terutama disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan industri di seluruh dunia dan berkurangnya luas hutan yang mempunyai fungsi dalam membantu proses penyerapan GRK, sehingga wajar saja membawa dampak yang cukup besar bagi perubahan iklim secara global yang bisa dirasakan di seluruh dunia.

Definisi dari perubahan iklim itu sendiri adalah keadaan dimana terjadinya pemanasan global yang sudah tidak bisa dihindari, sehingga membawa dampak terhadap kehidupan di muka bumi salah satunya adalah dalam sektor pertanian. cara rehabilitasi pertanian bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.

Dampak serius dari perubahan iklim yang terjadi di Indonesia ialah adanya perubahan pola curah hujan, peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrem, serta kenaikan suhu udara dan permukaan air laut.

Pertanian menjadi salah satu sektor yang mengalami dampak paling serius akibat Perubahan iklim. Pada tingkat global, bidang pertanian sendiri ikut andil dengan persentase sekitar 14% dari total jumlah emisi yang ada. Walaupun sumbangan emisi dari bidang pertanian mempunyai presentase relatif kecil, namun dampak yang dirasakan tentu saja bisa sangat besar.

Perubahan pola curah hujan dan kenaikan suhu udara menyebabkan produksi pertanian menurun secara signifikan. Terjadinya perubahan iklim yang sangat ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami puso semakin luas.

Adanya peningkatan yang terjadi pada permukaan air laut menyebabkan penunuran jumlah lahan sawah di daerah pesisir dan kerusakan tanaman akibat salinitas. Banyaknya dampak Perubahan iklim yang demikian besar memerlukan upaya aktif untuk mengantisipasinya melalui strategi mitigasi dan adaptasi.

Teknologi mitigasi dugunakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari lahan pertanian melalui penggunaan varietas rendah emisi serta teknologi pengelolaan air dan lahan.

Teknologi adaptasi yang dapat diterapkan meliputi penyesuaian waktu tanam, penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, rendaman dan salinitas, serta pengembangan teknologi pengelolaan air.

Berbagai pendekatan yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian ditujukan  untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi pangan yang diarahkan pada :

  • upaya adaptasi melalui perbaikan varietas pangan utama seperti padi, jagung dan kedele yang mampu mengatasi cekaman lingkungan seperti banjir, kekeringan, dan salinitas
  • mitigasi melalui perbaikan varietas  dan pengelolaan tanaman dan sistem produksi yang mampu mengurangi laju emisi GRK.