15 Jenis-jenis Terumbu Karang di Indonesia

Terumbu karang atau dikenal dengan istilah coral reef adalah sekumpulan  karang yang menghasilkan kapur dan bersimbiosis dengan zooxanthellae, yaitu organisme uniseluler yang dapat melakukan proses fotosintesis. Meskipun beberapa karang memiliki bentuk menyerupai tumbuhan kingdom plantae, namun karang dalam klasifikasi makhluk hidup termasuk dalam kingdom animalia. Terumbu karang dalam pengelompokan hewan dikelompokkan dalam kelas anthozoa. Pada bentuk sederhananya, terumbu karang dibentuk oleh polip, yaitu bentuk tabung yang memiliki mulut diatasnya. Polip inilah yang berperan dalam pembiakan karang. Cara pembiakan karang dapat dibaca pada artikel cara transplantasi terumbu karang.

Keanekaragaman Terumbu Karang di Indonesia

Terumbu karang merupakan kekayaan alam laut yang sering disebut juga sebagai hutan hujannya samudera. Bukan hanya menyajikan nilai estetika saja, namun terumbu karang merupakan habitat dari banyak biota laut. Indonesia memiliki 500 jenis karang yang dikenal di dunia. Hal ini dipengaruhi oleh letak geografis dan astronomis negara Indonesia, yang terletak di kawasan tropis dan 70% wilayahnya berupa perairan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang di Indonesia antara lain:

  • Cahaya – Sama halnya dengan peran cahaya dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman, pertumbuhan terumbu karang juga dipengaruhi oleh cahaya matahari.  Oleh karena itu terumbu karang dapat hidup optimal dikawasan tropis seperti Indonesia.
  • Suhu – Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang. Pada dasarnya terumbu karang dapat tumbuh dikawasan bersuhu hangat seperti negara Indonesia.
  • Curah hujan – Curah hujan mempengaruhi terumbu karang oleh apa yang dibawanya. Apabila air hujan yang terbawa ke laut membawa nutrisi bagi terumbu karang, maka berpengaruh baik. Sebaliknya jika air hujan membawa sedimimentasi, sampah, limbah dan zat racun maka akan berpengaruh buruk bagi terumbu karang.

Laut, terumbu karang, dan biota laut yang hidup didalamnya saling berhubungan. Sehingga kerusakan pada salah satu hal ini akan mempengaruhi yang lain. Laut, terumbu karang, dan biota laut sangat rentan dengan perubahan iklim dan perilaku manusia. Oleh sebab itu perlu tindakan pelestarian sehingga kerusakan keanekaragaman hayati di laut bisa dikurangi. Cara cara pelestarian ini dapat dibaca pada artikel cara melestarikan lautcara melestarikan terumbu karang, dan pelestarian biota laut.

Jenis Terumbu Karang

Sampai saat ini ilmuwan masih memperdebatkan beberapa jenis terumbu karang. Namun secara umum jenis-jenis terumbu karang dapat dibedakan berdasarkan kemampuan dalam produksi kapur, bentuk, letak, dan zonasi.

  1. Berdasarkan Kemampuan Produksi Kapur

Terumbu karang dikenal dapat menghasilkan zat kapur. Namun ada juga jenis-jenis terumbu karang yang tidak menghasilkan kapur. Sehingga berdasarkan kemampuannya dalam memproduksi zat kapur atau tidak, terumbu karang dibedakan menjadi:

  • hermafitik – adalah terumbu karang yang dapat menghasilkan zat kapur. Terumbu ini bersimbiosis dengan zooxanthellae. Zooxanthellae berfotosintesis menghasilkan oksigen dan senyawa organik untuk terumbu karang sebaliknya terumbu karang menghasilkan fosfat, nitrat, karbondioksida untuk zooxanthellae dan zat kapur sebagai hasil sampingnya. Karena menghasilkan kapur terumbu karang ini disebut juga karang keras.
  • ahermafitik – adalah terumbu karang yang tidak menghasilkan zat kapur sehingga disebut juga karang lunak. Persebaran terumbu ini ada di sepanjang pantai yang banyak terkena cahaya matahari.
  1. Berdasarkan Bentuk

berdasarkan bentuknya, jenis-jenis terumbu karang dibedakan menjadi:

  • Karang (Coral) – salah satu jenis biota laut dari ordo Scleractina. Karang inilah yang menjadi penghasil zat kapur.
  • Terumbu (Reef) – merujuk pada endapan batuan kapur atau disebut juga limestone. Endapan ini utamanya dihasilkan oleh kalsium karbonat. Di pantai terumbu ini dikenal sebagai pungungan laut.
  • Karang terumbu – karang terumbu termasuk jenis karang ahermafitik yang tidak menghasilkan kapur.
  • Terumbu karang – Istilah ini digunakan untuk ekosistem yang terbentuk dari biota penghasil kapur, algae dan interaksinya dengan berbagai biota laut seperti jenis jenis plankton dan jenis jenis nekton.
  1. Berdasarkan Letak

Berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu terumbu karang tepi, penghalang, dan cincin.
barrier-reef2

  • Terumbu Karang Tepi (Fringing Reefs) – Terumbu karang tepi adalah jenis yang paling banyak ditemukan di Indonesia.  Pada terumbu karang jenis ini tidak terbentuk laguna (lagoon) yaitu daerah air laut antara karang dan pantai, seperti pada terumbu karang penghalang. Tidak adanya laguna menyebabkan terumbu karang tepi rentan terhadap campur tangan manusia. Seperti terkena bahaya logam berat pada pembuangan limbah dan dampak sampah plastik yang dibuang sembarangan di pesisir pantai.
  • Terumbu Karang Penghalang (Barrier) – Terumbu karang penghalang adalah jenis terumbu yang tumbuh agak jauh dari pesisir pantai dan membentuk laguna. Lokasi terbentuknya karang penghalang ini biasanya sekitar 0,5 km sampai 1 km dari pesisir pantai dan ada dikedalaman 75 meter. Jenis karang penghalang yang terkenal didunia adalah “Great Barrier Reefs” yang ada di pesisir timur Australia. Indonesia juga memiliki jenis karang penghalang yaitu pada pulau Batuan Tengah, Spermonde, dan Kepulauan Banggai.
  • Terumbu Karang Cincin (Atolls) – Terumbu karang cincin adalah susunan karang yang terbentuk cincin besar dan menyerupai sebuah pulau. Jenis karang ini banyak ditemukan pada daerah samudera Atlantik.

Menurut Teori yang dikemukakan oleh Darwin, pembentukan karang cincin terjadi akibat aktivitas vulkanik yang menyebabkan pulau pulau tenggelam ke dalam laut. Menurut Darwin, tahapan pembentukan karang cincin adalah sebagai berikut:

  • Terumbu karang tepi mulai tumbuh di sekeliling pulau baru. kondisi yang mendukung menyebabkan pertumbuhan terus terjadi kearah atas dan meluas kearah lautan
  • Karena aktivitas vulkanik, pulau mulai turun ke permukaan laut sedangkan karang masih tetap berada di permukaan laut dan jaraknya lebih jauh dari pesisir hingga membentuk karang penghalang.
  • Pada akhirnya pulau menghilang kedalam laut dan tinggal karang yang melingkar. Terbentuklah karang cincin.
  1. Berdasarkan Zonasi

Berdasarkan zonasinya, terumbu karang dibedakan menjadi dua yaitu:

  • Windward reef – terumbu karang ini menghadap angin. Terumbu  ini diawali lereng terumbu yang menghadap pada lautan lepas dan umumya didominasi oleh karang ahermafitik. Zona ini diakhiri dengan rataan terumbu yang dangkal.
  • Leeward reef – terumbu karang ini membelakangi angin. Berbeda dengan windward reef, leeward reef memiliki hamparan yang lebih sempit namun memiliki bentangan laguna yang lebih besar. Sayangnya kondisi zonasi ini tidak ideal untuk pertumbuhan karang yang disebabkan banyakya sedimentasi yang terbentuk.

Selain jenis karang tersebut, ada pula jenis karang lain yaitu:

  • karang datar (patch reefs) – adalah jenis karang yang biasanya tumbuh di daerah laguna. Karang datar biasanya digolongkan menjadi jenis karang keempat setelah karang tepi, penghalang, dan cincin.
  • microatoll – adalah lempengan koloni karang yang tidak tumbuh keatas namun kearah samping (lateral). Jenis ini mirip dengan karang cincin sehingga dinamakan microatoll atau cincin kecil.
  • Cays – adalah timbunan material diatas terumbu karang yang membentuk pulau. Pulau ini biasanya berukuran kecil. Contohnya adalah cays di Maldives.
  • Seamount atau Guyot – terbentuk saat karang disekitar gunung vulkanik ikut masuk kedalam permukaan air akibat aktivitas vulkanik.

Terumbu karang berperan penting dalam kehidupan manusia. Nilai terumbu karang dapat dipandang melalui nilai ekonomi dan ekologi. Secara ekonomi, daerah dengan terumbu karang yang sehat menyumbangkan jumlah ikan 7x lebih banyak dibandingkan daerah dengan terumbu karang yang rusak. Selain itu terumbu karang mencegah terjadinya erosi dan abrasi oleh air laut. Oleh karena itu keseimbangan ekosistem terumbu karang harus dijaga dengan baik. Apalagi keadaan di darat sangat mempengaruhi ekosistem perairan seperti ekosistem danau dan laut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mendukung upaya pelestarian lingkungan hidup yang dilakukan pemerintah beserta masyarakat.