Untuk dapat menghasilkan keturunan baru, setiap makhluk hidup setidaknya harus melakukan proses reproduksi. Proses reproduksi masing-masing organisme sungguh berbeda, ada yang dengan cepat dapat menghasilkan keturunan ada pula yang kesulitan dalam menghasilkan keturunan baru. Dengan problematika tersebut, muncullah sebuah bioteknologi yang dapat menghasilkan keturunan secara genetik, yaitu kloning.
Jika pada pembahasan sebelumnya kita membahas tentang proses kloning pada manusia, maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang proses kloning pada hewan. Akan tetapi, sebelum kita membahas tentang prosesnya, langkah baiknya kita membahas terlebih dahulu pengertian dari kloning hewan serta sejarahnya secara singkat.
Pengertian Kloning Hewan
Kloning pada hewan adalah proses duplikasi yang mengambil seluruh informasi genetik yang berasal dari induk yang akan dikloning. Dalam kasus ini, hasil kloning tersebut nantinya akan menghasilkan individu yang tentunya memiliki informasi genetik yang sama dengan induknya, termasuk persamaan DNA, sifat, ciri dan lain sebagainya. Pada umumnya, kasus kloning ini sebenarnya sudah dapat ditemukan di alam, hanya saja terjadi pada beberapa makhluk hidup yang reproduksinya secara aseksual saja. Maka dari itulah, bioteknologi kloning pada hewan ini kemudian mulai dipelajari, diteliti dan dipraktekkan. ( baca : Kelainan Genetik )
Sejarah
Pada puluhan tahun yang lalu, kloning pada hewan pertama kali diuji pada katak dengan cara mentransplantasi nukleus sel yang terdapat di dalam telurnya. Sedangkan untuk pendonornya, mereka menggunakan nukleus yang diambil dari sel somatik dengan stadium perkembangan yang berbeda-beda tentunya. Hasil dari kloningnya adalah donor sel nukleus yang diambol dari sel epitel usus kecebong tersebut ternyata masih dapat membentuk suatu embrio yang tentunya kondisinya normal. Hal inilah yang menjadi titik awal kloning pada hewan terjadi dan menjadikan beberapa peneliti untuk tetap melanjutkan penelitian tersebut dan memikirkan tentang kemungkinannya diterapkan pada hewan lain atau bahkan manusia. ( baca : Fungsi Sentriol )
Pada akhirnya pada tahun 1997, Dr. Ian Willmut berhasil melakukan kloning pada hewan mamalia dewasa. Adapun metode yang ia gunakan adalah metode somaticell nuclean transfer (SNT). Hewan yang dikloning tersebut merupakan hasil dari inti sel epitel kambing domba dewasa yang sebelumnya dikultur terlebih dahulu dalam sebuah medium. Setelah melalui proses kultur, maka sel tersebut segera di transfer ke ovum domba dan akhirnya berhasil menghasilkan keturunan baru, hingga saat ini anak domba tersebut dikenal sebagai domba Dolly. ( baca : Fungsi Kromatin )
Secara umum, kloning pada hewan melibatkan 2 pihak, yaitu pihak pendonor sel somatis yang didapat dari sel tubuh dan pendonor ovum yang didapat dari sel gamet. Ketika proses kloning terjadi, kehadiran dari sang induk bmerupakan sesuatu yang mutlak dan tidak dapat dihindari. Akan tetapi pada proses kloning hewan tidak terjadi fertilisasi & DNA rekombian gen yang berasal dari sang jantan dan betina seperti yang terjadi pada proses kloning pada manusia. Untuk lebih jelasnya simak proses kloning berikut yang terjadi pada anjing.
Artikel terkait : Fungsi DNA dan RNA
1. Persiapan
Tahap awal atau persiapan dalam proses kloning pada anjing adalah mempersiapkan sel yang akan diambil atau dikloning, contohnya disini kita akan mengambil bagian kulit anjing yang nantinya akan dijadikan sebagai sel donor. Pada mulanya kulit anjing tersebut diambil sedikit kemudian sel kulit tersebut dibiakkan ke dalam sebuah cawan. Apabila sudah dimasukkan ke cawan khusus, simpanlah pada suhu sekitar 150 derajat Celcius agar cepat berkembang. ( baca : Jaringan Ikat pada Hewan )
Selagi sel kulit tersebut disimpan dan dibiarkan berkembang terlebih dahlu, kita akan mempersiapkan pengambilan sel telurnya. Sel telur yang akan diambil tersebut harus sudah memenuhi syarat dan ketentuan tertentu untuk dikloning. Adapun cara mudahnya adalah dengan melihat keadaan dari sel vagina yang hendak diambil serta berapa kadar hormon progesteron yang ada di dalam darah tersebut.
Artikel terkait : Bagian Bagian Sel
2. Kloning dan Penyatuan
Agar sel telur dapat dikloning, maka harus dihilangkan terlebih dahulu inti selnya. Setelah inti selnya dihilangkan, tentunya akan terjadi kekosongan pada sel telur tersebut. Maka dari itu kekosongan tersebut akan diisi oleh satu sel yang diambil dari sel donor yang telah dibiakkan sebelumnya. ( baca : Bagian Bagian Membran Embrio )
Setelah itu, proses kloning pada hewan adalah tahap penyatuan. Tahap penyatuan merupakan tahap penyatuan antara sel kulit yang telah diambil sebelumnya dengan sel telur yang intinya suah dihilangkan dan diganti. Pada proses penyatuan ini membuntuhkan bantuan dari tenaga listrik sebesar 3-3,5 KV/cm. Proses ini dilakukan di atas sebuah plat besi baja putih yang disejajarkan dan tentunya tetap dalam media manitol.
Artikel terkait : Fungsi Sentrosom – Fungsi Mikrofilamen
3. Implantasi
Tahap terakhir adalah tahap implantasi atau tahap memasukkan sel telur yang telah dikloning dan disatukan. Pada tahap ini harus dilakukan dengan cara mengoperasi anjing betina, kemudian hasil penyatuan sebelumnya akan dimasukkan ke dalam rahimnya. Pada proses ini setidaknya membutuhkan ketelitian dan penempatan yang baik pada rahimnya agar persentase keberhasilannya lebih besar. ( baca : Perkembangbiakan Hewan )
Setelah dimasukkan ke rahim, biarkan anjing tersebut menjalani aktivitasnya seperti biasa, akan tetapi juga perlu diawasi apabila terdapat gejala-gejala yang tidak normal. Jika sudah menginjak 22 hari setelah proses implantasi, maka anjing betina tersebut harus dicek kehamilannya dengan cara USG, apakah ada perkembangan atau belum. Akan tetapi untuk memastikan lebih lanjut, tunggulah hingga 60 hari dan lakukan USG ulang.
Artikel terkait : Cara Berkembang Biak Hewan
Pro dan Kontra
Pada dasarnya, semenjak berhasilnya kloning pada hewan domba, bioteknologi kloning menjadi bahan pembicaraan berbagai pihak, termasuk masyarakat dan para peneliti. Banyak masyarakat yang pro dengan bioteknologi kloning tersebut, tetapi juga ada yang kontra dengan hal tersebut. Berikut ini adalah pro dan kontra yang masih sering dibicarakan oleh pihak-pihak tersebut.
Pro
Beberapa orang yang memilih pro beranggapan bahwa kloning dapat menghasilkan hewan yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan mereka, khususnya para peternak. Dengan kloning, mereka juga dapat menghilangkan sifat negatif yang ada dan menggantinya dengan nilai positif yang diambil dari hewan lainnya. Berikut adalah beberapa poin dari mereka yang pro terhadap kloning.
- Pergantian Organ – Pergantian organ yang dimaksud disini adalah bahwa bagian tubuh hewan yang dikloning tersebut nantinya akan memiliki fungsi tugas sebagai penyelamat. Maksudnya disini adalah apabila salah satu organ tubuh hewan tersebut gagal berfungsi, maka ada kemungkinannya dapat diganti dengan organ lain dengan cara mengkloningnya.
- Penelitian Genetika – Bioteknologi kloning hingga saat ini memiliki potensi dalam penelitian genetika. Artinya, mereka dapat meneliti hasil rekayasa genetika yang nantinya dapat digunakan untuk mencegah terserang penyakit genetik.
- Sifat Khusus – Poin ketiga adalah mereka bisa menciptakan hewan dengan sifat khusus seperti yang mereka mau dengan cara mengkloning antara hewan satu dengan yang lainnya dengan mengambil kelebihan masing-masing. Perubahan ini tentu menguntungkan beberapa pihak manusia. ( baca : Pengertian Genetika )
Kontra
Meskipun hingga saat ini beberapa orang memilih pro terhadap kloning, akan tetapi tidak sedikit pula orang-orang yang kontra dengan kloning tersebut. Mereka yang kontra berpendapat bahwa kloning dapat mengakibatkan menghilangnya keragaman yang ada di alam. Beberapa poin kontra kloning adalah sebagai berikut:
- Malpraktrik – Proses rekayasa genetika yang tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan dapat menimbulkan malpraktik dan resiko terbesarnya adalah banyak hewan yang mati sia-sia karena malpraktik tersebut.
- Menentang Tuhan – Beberapa orang beranggapan bahwa kloning secara agama berarti menentang apa yang Tuhan berikan dan merubah ciptaan Tuhan.
- Keragaman Berkurang – Adanya kloning menyebabkan keragaman di alam menjadi berkurang, selain itu makhluk hidup hasil kloning juga akan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. ( baca : Keanekaragaman Hayati di Indonesia )
- Biaya Mahal – Seperti yang dijelaskan sebelumnya tentang proses kloning pada hewan, bahwa proses tersebut membutuhkan teknologi yang adidaya serta biaya yang tidak murah. Hal ini tentunya tidak efektif dan bukan alternatif terbaik untuk menciptakan organisme baru dengan genetik khusus.
Artikel terkait : Jenis Jenis Bioteknologi
Itulah pembahasan mengenai apa itu kloning, proses kloning pada hewan beserta pro dan kontra bioteknologi kloning di sekitar masyarakat ataupun para peneliti. Semoga dapat menambah wawasan Anda dan dapat membuat Anda berpikir lebih bijak tentang bioteknologi kloning tersebut.