6 Daur Hidup Cacing Pita dan Keterangannya

Cacing pita (Taenia sp) adalah salah satu spesies parasit yang ada dalam klasifikasi animalia. Cacing ini masuk dalam filum platyhelminthes. Ciri ciri platyhelminthes adalah tubuhnya yang pipih dan tidak bersegmen. Cacing pita sebagian besar hidup sebagai parasit di organisme lain, khususnya manusia dan hewan ternak. Tercatat lebih dari 100 spesies dari genus Taenia telah ditemukan. Genus Taenia adalah penyebab utama terjadinya penyakit taeniasis dan sistiserkosis pada manusia. Sebagian besar kasus berada pada daerah tropis dan dekat dengan peternakan.

Tahap Kehidupan

Perkembangbiakan hewan cacing pita tidak lepas dari kualitas lingkungan disekitarnya. Telah dijelaskan sebelumnya, cacing pita termasuk hewan parasit. Oleh karena itu hewan ini memerlukan tubuh inang agar dapat berkembangbiak. Daur hidup cacing pita secara umum adalah:

  1. Telur cacing lepas ke lingkungan – Cacing pita dewasa hidup dan berkembangbiak dalam bagian bagian usus halus manusia. Cara berkembangbiak hewan ini adalah dengan bertelur. Telur cacing mengalami perkembangan menjadi larva onchosphere. Perkembangan hingga tahap itu terjadi dalam uterus dari gravid proglottid (bagian tubuh yang banyak mengandung telur). Gravid proglottid kemudian terlepas dari tubuh cacing pita dewasa dan keluar dari anus.
  2. Infeksi hewan ternak – Saat telur telur cacing pita keluar dari tubuh manusia, ada kemungkinan telur cacing ini dapat berpindah ke inang lain. Salah satunya adalah babi dan sapi. Kedua hewan vertebrata ini adalah hewan yang sering menjadi inang dari cacing pita (Baca juga artikel terkait: hewan vertebrata dan invertebrata).
  3. Embrio cacing menginfeksi otot hewan ternak – saat telur cacing pita masuk ke tubuh hewan ternak, maka larva cacing pita akan menembus dinding usus halus dan masuk dalam sistem peredaran darah pada hewan tersebut. Melalui jantung, larva kemudian menyebar ke bagian bagian tubuh hewan yang lain, seperti pada otot lidah, jantung, hati, dan bahu.
  4. Infeksi manusia – Saat manusia mengonsumsi daging yang belum matang dari hewan yang terinfeksi, maka ada kemungkinan manusia itu juga akan terinfeksi. Oleh karena itu sebaiknya hindari daging sapi atau babi yang dimasak setengah matang.
  5. Menempel pada usus halus – setelah larva cacing masuk ke dalam sistem pencernaan pada manusia, kepala (scolex) cacing pita akan menempel kuat pada dinding usus halus.
  6. Larva cacing tumbuh menjadi cacing dewasa. Kemudian daur hidup ini akan berulang kembali

Daur hidup beberapa jenis cacing pita dapat dibaca secara lengkap pada artikel daur hidup cacing perutdaur hidup cacing tambangdaur hidup cacing kremidaur hidup cacing hati, dan daur hidup Taenia saginata.

Jenis Cacing Pita

Seperti yang telah dijelaskan diatas, cacing pita memiliki lebih dari 100 jenis cacing. Namun ada 3 jenis cacing pita yang dikenal sebagai parasit bagi manusia. Ketiga jenis cacing itu yaitu Taenia saginata, Taenia solium dan Taenia asiatica

  1. Taenia saginata

T. saginata dikenal sebagai cacing pita sapi. Hewan parasit ini hidup di dalam tubuh dan mengganggu fungsi usus halus manusia. Pada manusia, cacing ini dapat menyebabkan penyakit taeniasis, sedangkan pada hewan ternak menyebabkan sistiserkosis.

T. saginata merupakan jenis cacing terbesar dalam genus Taenia. Ukuran panjang tubuhnya dapat mencapai 4-10 meter. Meskipun demikian cacing ini dapat tumbuh hingga 22 meter. Bagian tubuhnya terdiri dari kepala (scolex), leher, dan srobila. Bagian kepala Taenia saginata memiliki 4 penghisap namun tidak memiliki kait. Inilah yang membedakannya dengan cacing pita lain. Bagian strobila sebenarnya adalah serangkaian segmen yang disebut proglottid. Cacing pita T. Saginata adalah hewan hemaphrodit, sehingga dapat membuahi sel telurnya sendiri. Satu individu cacing T. saginata dapat mengeluarkan telur sebanyak lebih dari 100 juta buah. Inang dari ini cacing ini adalah manusia, sapi, dan kambing.

  1. Taenia solium

Taenia solium sering juga disebut dengan cacing pita babi. Disebut demikian karena cacing ini biasanya menginfeksi babi. Sama halnya dengan T. solium, tubuh cacing pita babi terdiri dari kepala, leher, dan strobila. Perbedaannya, kepala cacing ini selain memiliki penghisap juga memiliki sepasang kait dari bahan kitin. Warna cacing pita babi adalah putih dengan ukuran panjang 2 – 3 meter.

Cacing pita babi dapat pula mencapai 8 meter. Strobila tersusun atas segmen segmen sebanyak 700 hingga 1000 buah. Dalam setiap segmen, ada sekitar 50.000 telur cacing. Seperti namanya, inang kedua setelah manusia adalah babi. Babi termasuk hewan omnivora yang rakus (baca artikel terkait: hewan karnivora, herbivora, dan omnivora). Babi juga hidup ditempat yang kotor. Maka wajar apabila babi menjadi salah satu hewan yang paling mudah diinfeksi oleh cacing pita. Saat terinfeksi, larva dalam tubuh manusia dapat ditemukan dalam 3 bentuk yang berbeda.

  1. Taenia asiatica

Taenia asiatica merupakan satu dari 3 jenis cacing pita yang bersifat parasit pada manusia. Baru ditemukan pada awal 1980, cacing ini memiliki banyak kemiripan dengan cacing pita sapi. Meskipun demikian inang dari cacing ini adalah manusia dan babi. Cacing ini pertama kali dianggap sebagai T. saginata, namun penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa ada perbedaan pada kedua jenis cacing ini.

Penyebaran cacing ini sebagian besar ada di Asia timur. Khususnya di negara cacing ini pertama diketemukan. Pada awalnya keberadaan cacing ini karena konsumsi daging. Namun ditemukan bahwa sapi jarang dikonsumsi didaerah tersebut. Oleh karena itu diputuskan bahwa jenis ini bukan cacing pita sapi. Warna tubuhnya putih kekuningan dengan panjang 3,5 meter. Kepalanya dilengkapi dengan 4 penghisap. Strobila dan kepalanya dihubungkan dengan leher pendek. Lebar tubuhnya hampir sebesar 1 cm.

Ketiga jenis cacing pita inilah yang sering dikenal. Penyebaran telur dan larva dari cacing pita dapat melalui:

  • Memakan makanan dan minuman yang layak – pada daerah perang atau bencana, tingkat higienitas menurun. Ada kemungkinan bahwa telur cacing dapat masuk lewat makanan yang telah tercemar
  • Memakan makanan yang dimasak kurang matang atau mentah – hewan yang telah terinfeksi cacing dapat menjadi sumber penyebaran larva cacing. Alangkah baiknya jika daging sapi atau babi dimasak sampai matang untuk menghindari hal ini.

Sedangkan hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyebaran cacing pita antara lain:

  • Menjaga kebersihan alat makan
  • Membiasakan cuci tangan sebelum makan
  • Menghindari memakan makanan olahan daging yang belum matang
  • Tidak menempatkan peternakan babi atau sapi didekat rumah

Demikian uraian daur hidup cacing pita. Baca juga artikel lainnya pelestarian biota lautklasifikasi makhluk hidup