Ascaris lumbricoides adalah hewan invertebrata multiseluler yang hidup sebagai parasit dalam tubuh manusia. Dalam klasifikasi makhluk hidup, A. lumbricoides digolongkan dalam filum Vermes atau cacing. Klasifikasi animalia A. lumbricoides menempatkannya dalam kelas Nematoda atau kelompok cacing gilig. Sebutan lain untuk A. lumbricoides adalah cacing perut.
Disebut cacing perut, karena cacing ini dapat ditemukan dalam perut manusia. Sebenarnya banyak cacing jenis lain yang ditemukan dalam perut manusia, salah satunya adalah Taenia sp dari kelas Platyhelminthes. Ciri ciri Platyhelminthes adalah tubuhnya pipih menyerupai pita sehingga mudah dibedakan dari A. lumbricoides. Perbedaan lainnya adalah daur hidup cacing pita ada inang lain seperti babi, sapi, dan hewan ternak lain. Sedangkan bagi cacing A. lumbricoides, manusia adalah satu satunya inang.
Struktur dan Sistem Reproduksi
A. lumbricoides memiliki tubuh seperti tabung yang memanjang dan agak pipih dibagian ujungnya. Ada cacing jenis jantan dan betina. Kedua jenis ini dapat dibedakan berdasarkan bentuk tubuhnya. Salah satu contohnya adalah ukuran jantan lebih kecil dibandingkan cacing betinanya. Pada bagian anterior (atas, kepala) cacing A. lumbricoides, ditemukan mulut yang memiliki 3 bibir. Masing – masing memiliki gigi dibagian dalamnya.
Cara satu satunya cacing A. lumbricoides untuk berkembangbiak adalah dengan cara seksual atau melalui perkawinan. Oleh karena itu cacing ini memiliki tubuh yang mendukung terjadinya perkawinan ini. Beberapa ciri dan struktur yang ada pada cacing A. lumbricoides jantan dan betina antara lain:
1. Cacing Jantan
- cacing jantan memiliki ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan betina – ukuran tubuh cacing A. lumbricoides jantan berkisar antara 15-30 cm dan diameter 3-5 mm.
- Bagian posterior (ekor) melengkung seperti kait
- anus dan lubang genital sama
- ada sepasang penial setae yang menyerupai jarum didalam cloaca
- memiliki preanal dan postanal papillae untuk membantu kopulasi/perkawinan
- organ reproduksi terdiri dari testis, vas deferens, seminal vesicle, ejaculatory duct, cloaca dan penial setae
2. Cacing Betina
- Tubuh betina lebih besar dibanding cacing jantannya – ukuran tubuh betina sekitar 20 – 40 cm dengan diamater antara 6 – 8 mm
- Bagian posterior (ekor) lurus
- anus dan lubang genital tidak sama – lubang genital ada di sepertiga bagian tubuh dari ujung anterior
- tidak memiliki penial setae
- tidak memiliki preanal dan postanal papillae untuk membantu kopulasinya
- organ reproduksi hampir sama dengan alat reproduksi wanita pada umumnya, yaitu terdiri dari ovarium, oviduk, uterus dan vagina
Penjelasan singkat tentang organ reproduksi jantan dan betina adalah sebagai berikut:
- testis – cacing A. lumbricoides memiliki satu testis saja. Disinilah tempat terjadinya spermatogenesis, peristiwa pembentukan sperma
- vas deferens – saluran dari testis.
- seminal vesicle – saluran lurus dari vas deferens dan testis. Saluran ini lebih tebal dibandingkan vas deferens. Ini juga berfungsi menyimpan sperma yang telah matang
- ejaculary duct – Saluran seminal vesicle menuju ke saluran yang lebih pendek dan memiliki banyak otot disebut ejaculary duct. Saluran ini membuka menuju bagian ujung dari rectum (anus)
- cloaca – bagian akhir dari rectum, menerima feses dan sperma untuk dikeluarkan dari tubuh
- penial setae – berfungsi untuk menjaga vulva betina tetap terbuka saat kopulasi.
- ovarium – cacing betina memiliki 2 buah ovarium, tempat terjadinya oogenesis, atau pembentukan sel telur
- oviduk – saluran dari ovarium ke uterus.
- uterus – berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan sel telur yang telah dibuahi
- vagina – lubang untuk kopulasi, memiliki vulva yang membuka dan menutup.
Siklus Hidup
Siklus Hidup Ascaris lumbricoides digambarkan sebagai berikut:
1. Proses Perkawinan
Hewan A. lumbricoides memiliki jenis betina dan jantan. Keduanya dapat dibedakan dengan mudah. Tubuh jantan biasanya lebih kecil dengan salah satu ujung melengkung seperti kait. Sedangkan tubuh betinanya lebih besar dengan ujung lurus.
Satu satunya cara berkembangbiak hewan A. lumbricoides adalah dengan cara seksual atau perkawinan. Perkembangbiakan hewan ini akan menghasilkan telur sekitar 200.000 buah. Perkawinan ini terjadi didalam bagian bagian usus halus manusia.
2. Telur lumbricoides Keluar Dari Tubuh Manusia
Meskipun cacing dapat bertelur dalam tubuh manusia, namun telur itu tidak bisa berkembang lebih lanjut. Hal ini dikarenakan untuk berkembang telur A. lumbricoides memerlukan suhu yang rendah, banyak oksigen, dan lingkungan yang lembab. Sehingga telur hanya bisa berkembang apabila berada diluar tubuh manusia. Telur biasanya ditemukan pada bagian usus, khususnya bagian bagian usus besar manusia dan terbawa keluar dalam feses. Apabila kondisi lingkungan mendukung, telur yang telah dibuahi akan berkembang ketahap selanjutnya.
3. Telur Berkembang
Dalam hidupnya, cacing hanya memiliki satu inang yaitu manusia, sama halnya dengan daur hidup cacing kremi. Meskipun demikian tidak semua telur dapat menginfeksi manusia. Hanya telur yang dibuahi saja yang dapat menginfeksi tubuh. Telur yang dibuahi akan berkembang menjadi embrio dalam kondisi lingkungan yang mendukung. Oleh karena itu salah satu pencegahan penyebaran A. lumbricoides adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan. Dalam lingkungan yang tidak terjaga seperti penggunaan sungai sebagai buang air sekaligus kebutuhan lain, infeksi A. lumbricoides sangat mungkin terjadi.
4. Infeksi ke Inang
Telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam lingkungan yang kebersihannya tidak terjaga, infeksi A. lumbricoides dapat terjadi. Telur cacing dapat masuk melalui makanan, minuman, atau tangan manusia yang tidak higienis. Saat telur masuk dalam sistem pencernaan pada manusia, telur akan menetas menjadi larva.
5. Migrasi lumbricoides
Setelah ada didalam usus halus manusia, larva cacing kemudian menembus dinding usus dan masuk dalam sistem sirkulasi pada manusia melalui pembuluh kapiler. Cacing A. lumbricoides biasanya berada dalam alat peredaran darah manusia selama satu minggu sebelum mencapai paru paru. Sesampainya dalam paru paru, cacing akan berpindah ke alveolus. Disini mereka tumbuh. Namun dalam beberapa kasus, larva cacing yang ada dalam darah dapat masuk kedalam organ lain seperti bagian bagian otak manusia, mata, sumsum tulang belakang dan sebagainya.
6. Kembali Masuk dalam Sistem Pencernaan
Setelah beberapa waktu, larva dalam alveolus akan tumbuh dan akhirnya naik ke bagian bronkus. Larva akan terus naik menuju laring. Adanya larva pada laring memicu batuk yang menyebabkan larva berpindah ke kerongkongan dan tertelan kembali ke sistem pencernaan. Kemudian didalam usus halus, larva cacing akan berkembang dan tumbuh menjadi cacing dewasa. Siklus ini akan kembali berlanjut.