Klasifikasi Coelenterata dan Gambarnya

Coelenterata merupakan salah satu makhluk yang hidup di dalam perairan air tawar maupun laut. Coelenterata dalam klasifikasi makhluk hidup termasuk ke dalam kingdom Animalia. Berdasarkan dari namanya Coelenterata ini memiliki arti hewan yang memiliki usus berongga atau dalam istilahnya disebut gastrovaskular. Coelenterata juga memiliki istilah lain yaitu Cnidaria, yang memiliki arti golongan hewan yang memiliki organ jarum penyengat.

Adapun peran dan manfaat dari filum Coelenterata yaitu sebagai terumbu karang (Anthozoa), anemon laut (Anthozoa) dan plankton (Hydrozoa) yang merupakan komponen penting dalam ekosistem laut, ubur ubur (Scyphozoa) juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik dan dijadikan makanan olahan. Selain memiliki berbagai manfaat, terdapat pula kerugian yang dapat ditimbulkan, sebagai contoh yaitu pada ubur ubur kubus (Cubozoa) yang diketahui sering  menyerang manusia lewat sengatnya.

Karakteristik Coelenterata

Secara klasifikasi animalia, filum Coelenterata masuk ke dalam subkingdom Eumetazoa. Golongan hewan Coelenterata ini diklasifikasikan berdasarkan tubuhnya yang memiliki organ usus yang berongga yang disebut gastrovaskular. Adapun karakteristik dari Coelenterata, yaitu

  1. Hewan invertebrata bersel banyak (multiseluler). (baca juga artikel hewan vertebrata dan invertebrata)
  2. Sebagian hidup secara soliter dan sebagian lagi hidup berkoloni.
  3. Merupakan hewan diploblastik di mana tubuh radial simetris (2 lapis sel), ektoderma (epidermis) dan endoderma (gastroderma). Pada bagian tengah-tengahnya terdapat rongga (mesoglea).
  4. Lapisan epidermis berfungsi untuk melindungi tubuh dari bahaya lingkungan, sedangkan lapisan gastroderma berperan dalam proses pencernaan.
  5. Pada bagian dalam terdapat sistem pencernaan (gastrovaskular) yang berbentuk kantong yang disebut Gastrosol.
  6. Tubuhnya hanya memiliki satu lubang yang berfungsi sebagai mulut sekaligus anus.
  7. Pada jenis yang bersifat predator/karnivora, tentakel di lengkapi sel racun (knidoblast) atau sel penyengat (nematosis).
  8. Bentuk siklus hidup terbagi menjadi dua yaitu polip atau tabung dan atau medusa.
  9. Polip memiliki bentuk yang menempel pada substrat, seperti pada pasir, lumpur dan jenis jenis terumbu karang. Tubuh berbentuk silindris, bagian proximal melekat dan bagian distal mempunyai mulut yang dikelilingi tentakel.
  10. Polip memiliki dua macam bentuk yaitu polip untuk perkembangbiakan yang menghasilkan medusa (gonozoid) dan polip untuk makan yakni gastrozoid.
  11. Medusa adalah bentuk yang dapat hidup bebas dan berenang di air.
  12. Pada fase polip, mulut dan tentakel terletak di permukaan bagian atas, sedangkan pada fase medusa terletak di permukaan bawah.
  13. Tentakel berfungsi sebagai alat gerak (medusa), pertahanan tubuh dan menangkap makanan.
  14. Habitatnya banyak ditemukan di perairan air tawan dan air laut.
  15. Sistem pencernaan memiliki rongga gastrovaskular di mana makanan masuk melalui mulut, kemudian masuk ke gastrosol yang mengalami pencernaan ekstraseluler, selanjutnya hasil metabolism diserap oleh sel gastrodermis, dan didistribusikan ke seluruh tubuh dengan cara difusi, dan sisa makanan akan dikeluarkan kembali melalui mulut.
  16. Sisem saraf hewan invertebrate ini termasuk sederhanan dengan bentuk seperti jala yang berfungsi menangkap rangsangan dan mengatur respon. Sistem saraf ini terpusat pada mesoglea.
  17. Sistem pernapasan hewan invertebrata ini dengan cara difusi melalui seluruh permukaan tubuh (perpindahan zat dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkosentrasi rendah). Proses ini dengan menyerap oksigen dari luar tubuh melalui lapisan kulit luar masuk ke dalam dan diikat oleh struktur dari gastroderma yang disebut sifinoglia.
  18. Sistem gerak pada hewan ini berdasarkan pada kontraksi otot yang berpengaruh terhadap cairan dalam rongga gastrovaskuler yang berlaku sebagai rangka hidrostatik.
  19. Gerak pada fase polip seperti halnya hydra dapat memanjang dan memendek atau melengkung ke berbagai arah.
  20. Gerak pada fase medusa dengan berenang lewat jalan berdenyut yang dihasilkan oleh otot melingkar dan menghasilkan gerakan vertikal, sedangkan gerakan horizontal tergantung pada arus laut.
  21. Perkembangbiakan hewan ini ada yang berbentuk polip saja, ada yang tahapan dari polip dan medusa atau disebut metagenesis, di mana ada pergiliran fase yaitu fase polip (aseksual) dan fase medusa sebagai reproduksi secara seksual.
  22. Fase aseksual (vegetatif) dimulai dengan pembentukan kuncup pada kaki pada fase polip, semakin lama semakin besar, lalu membentuk tentakel. Kuncup ini tumbuh di sekitar kaki sampai besar hingga induknya membuat kuncup baru, hingga membentuk sebuah koloni.
  23. Fase seksual (generatif), dimulai dengan adanya peleburan sperma denga sel ovum yang terjadi pada fase medusa. Letak testis di dekat tentakel sedangkan ovarium dekat lengan. Sperma masak dikeluarkan lalu memasuki ovum. Ovum yang dibuahi akan membentuk zigot. Mula mula zigot tumbuh di ovarium menjadi larva. Larva kemudian menjadi larva bersilia (planula) berenang bebas dan mencari tempat baru dan membentuk polip di dasar perairan.
  24. Filum Coelenterata khusus pada fase polip, dalam hal menangkap partikel partikel organik, jenis jenis plankton, atau biota laut kecil dengan menggunakan tentakelnya yang berumbai, plankton yang menempel pada tentakel akan mengenai sel kridoblast yang kemudian mengeluarkan racun mengakibatkan plankton mengalami paralyze dan dibawa oleh tentakel ke dalam mulut. Begitu pula pada fase medusa, hanya yang membedakan pada medusa cenderung mangsa ditangkap dengan aktif sedangkan pada polip secara pasif.

Klasifikasi

Untuk pengelompokan hewan dari filum Coelenterata ini dibagi kembali ke dalam beberapa kelas, yaitu Anthozoa, Hydrozoa, Scyphozoa dan Cubozoa. Berikut penjelasan dari setiap klasifikasi coelenterata kelasnya, yaitu :

  1. Anthozoa

Anthozoa memiliki arti hewan yang berbentuk bunga. Anthozoa tidak memiliki bentuk medusa dan hidup di laut dangkal sebagai polip soliter ataupun berkoloni. Umumnya melekat pada substrat seperti pasir, lumpur dan pada jenis jenis terumbu karang. Tubuh polip berbentuk silinder yang pendek, dimana terdapat mulut, kerongkongan (stomodeum), pada sisi stomodeum terdapat siphonoglyph dan dibawah stomodeum terdapat rongga gastovaskular, rongga gastrovaskular dipisahkan menjadi beberapa kamar oleh sekat- sekat yang mengandung nematosis, sementara kakinya berupa cakram basal yang merupakan tempat melekatkan diri pada substrat. Memiliki tentakel dengan jumlah yang banyak dan berkelipatan 8.

Bentuk polip pada kelas ini umumnya berukuran lebih besar dibandingkan ukuran polip dari jenis kelas lain, tubuhnya tersusun atas kalsium karbonat sehingga bila hewan ini mati maka kerangka akan membentuk reef. Reproduksinya secara aseksual dengan tunas dan fragmentasi, serta reproduksi seksual dengan menghasilkan gamet.

Pada anthozoa makanan seperti partikel organik dan plankton yang mendekat kearahnya akan terlebih dahulu dilumpuhkan dengan nematosit yang berada pada tentakel, lalu ditarik kedalam oleh tentekel menuju mulut sampai ke rongga gastrovaskular, dalam rongga gastrovaskular makanan dicerna oleh enzim dan menghasilkan sari-sari makanan yang akan diserap dinding gastrodermis dan didistribusikan ke seluruh tubuh. Sisa makanan atau residu hasil metabolisme dikeluarkan kembali oleh mulut. Contoh yang familiar untuk kelas Anthozoa adalah koral (terumbu karang) dan anemon (mawar laut).

Koral (Terumbu Karang). Umumnya membentuk massa yang kaku dan kuat, karena mempunyai kerangka yang terbuat dari kalsium karbonat. Koral hidup di laut dangkal dengan suhu rata-rata 20oC, hidup berkoloni dan melakukan reproduksi aseksual dengan tunas. Apabila koral mati maka rangka kapurnya akan menjadi batu karang (terumbu karang). Contoh hewan koral yaitu Astrangia denae, Tubiphora musica, Heliopora sp, Acropora sp.

Peranan terumbu karang sebagai komponen utama pembentuk ekosistem laut, sebagai tempat habitat biota laut yang berukuran kecil serta sebagai pelindung pantai. Hal ini mampu menjaga keseimbangan ekosistem dan merupakan cara dalam pelestarian biota laut. Sehingga mampu menjaga keberlangsungan rantai makanan dan piramida rantai makanan sebagai bagian dari cara menjaga keseimbangan ekosistem laut.

(baca juga artikel terkait cara melestarikan terumbu karang dan cara transplantasi terumbu karang)

Anemon (mawar laut). Hewan ini memiliki batang tubuh seperti tabung, biasanya menempel di dasar perairan dengan menggunakan bagian tubuh yang disebut cakram basal. Pada permukaan atas agak melebar dan terdapat mulut yang dikeliling tentakel berukuran pendek yang tersusun seperti mahkota bunga. Tentakel ini berfungsi untuk mencegah kotoran untuk melekat dan untuk menangkap makanan. Jenis ini memiliki mesoglea yang tebal dan sistem saraf difus dan tidak memiliki sistem saraf pusat. Murni dominan berbentuk polip tanpa fase medusa, namun berkembang biak dengan cara vegetatrif yaitu dengan tunas. Salah satu contoh anemon yaitu Actiniaria spp. dan Metridium marginatum. Anemon laut ini pun penting dalam kaitannya pelestarian biota laut, karena mampu bersimbiosis mutualisme dengan ikan badut.  (baca juga artikel terkait interaksi antar organisme dalam ekosistem)

  1. Hydrozoa

Hydrozoa memiliki arti hewan yang menyerupai seperti ular air. Anggota dari kelas ini hidup di perairan air tawar ataupun air laut yang agak dangkal, dengan cara hidup ada yang berkoloni dan ada pula yang soliter. Berikut beberapa karakteristik dari Hydrozoa, yaitu

  • Memiliki bentuk seperti silinder dan dapat bergerak di bebatuan dalam menangkap makanan.
  • Memiliki dua bentuk yaitu polip dan atau medusa.
  • Untuk yang hidup sebagai polip umumnya adalah yang hidup soliter.
  • Sedangkan gabungan (polip dan medusa) mengalami pergiliran keturunan atau yang disebut metagenesis di mana pada fase vegetatif berbentuk polip dan pada fase generatif berbentuk medusa.
  • Pada bentuk medusa kelas hydrozoa umumnya berukuran kecil dengan diameter 0,5 – 6 cm.
  • Berkembangbiak secara aseksual dan seksual.

Contoh hewan yang termasuk kelas hydrozoa adalah Hydra dan Obelia. Jenis Hydra sp. hidup di air tawar dan soliter, tubuhnya berukuran antara 1-30 mm, berbentuk polip, tidak mempunyai bentuk medusa, sehingga hidupnya menetap dan melekat pada substrat. Tubuh berbentuk silindris, pada ujung yang bebas terdapat mulut yang dikelilingi hipostome yang berfungsi menangkap mangsa. Makanannya berupa tumbuhan kecil dan Crustacea (udang-uadangan kecil). Bagian tubuh sebelah bawah tertutup membentuk kaki yang berfungsi untuk melekat pada substrat dan untuk bergerak. Secara vegetatif Hydra sp. bereproduksi dengan membentuk tunas dan budd dan perkembangbiakan secara seksual melalui peleburan sel telur (ovarium) dengan sperma (testis). Hasil peleburan akan membentuk zigot yang akan berkembang sampai stadium grastula.

Obelia hidup di laut dan berkoloni, siklus hidupnya terdapat dua fase yaitu stadium polip dan medusa, namun kebih dominan polip. Memiliki bagian polip yang berfungsi dalam hal makan disebut hydrant. Polip mampu membentuk tunas (reproduksi aseksual) dan tunas-tunas tersebut tetap melekat pada induknya sehingga membentuk koloni dan atau akan melepaskan diri dan melekat di dekat indukannya.

Polip-polip yang membentuk koloni ini ada yang bertentakel dan ada yang tidak. Polip tidak bertentakel berfungsi untuk makan, sedangkan yang bertentakel berfungsi untuk reproduksi. Polip reproduksi mampu menghasilkan medusa secara pertunasan. Medusa tersebut kemudian lepas dan hidup bebas secara planktonik. Medusa ini dapat menghasilkan gamet yang mana gamet-gamet tersebut akhirnya melakukan fertilisasi dan membentuk zigot yang kemudian berkembang menjadi larva bersilia (planula) menempel di dasar laut dan tumbuh menjadi Obelia (polip) yang mana fase ini disebut gonangium.

(baca juga artikel terkait klasifikasi ubur-ubur)

  1. Scyphozoa

Scyphozoa memiliki arti hewan seperti mangkok terbalik, hal ini tampak pada anggotanya yang memiliki organ seperti mangkok terbalik atau berbentuk seperti payung dan melayang-layang di laut sehingga sering juga disebut sebagai ubur-ubur mangkuk. Bentuk medusa pada kelas ini bediameter antara 2 – 40 cm dan disebut juga scyphomedusa da nada yang berdiameter sampai 2 meter.

Anggota dari kelas ini ada yang medusanya memiliki tentakel dan ada yang tidak memiliki tentakel. Pada yang memiliki tentakel, umumnya ditutupi dengan sel penyengat (knidosit) yang mampu mengakibatkan paralyze dan membunuh biota laut lain. Adapun beberpa karakteristik dari Schyphozoa, yaitu

  • Habitatnya ditemukan hanya pada perairan laut
  • Pada bagian tepi dikelilingi oleh tentakel.
  • Pada sekitar mulut, terdapat empat lengan dengan terdapat nematokist yang berfungsi melemahkan mangsa.
  • Sistem saraf yang terbentuk anyaman.
  • Sistem pencernaanya sama seperti anggota dari kelas lainnya yaitu berupa rongga gastrovaskular dan memiliki saluran bercabang di dalam rongganya. Pencernaan pada Scyphozoa berlangsung secara ekstraseluler.
  • Pada bentuk medusa terdapat mulut, manubrium, perut pusat yang bercabang menjadi empat kantung perut dan masing-masing dibatasi sekat yang disebut septum.
  • Sebagian Scyphozoa telah memiliki indera sederhana, misalnya tentekel sebagai alat keseimbangan, oselus yang dapat membedakan gelap dan terang, dan celah olfaktoris yang merupakan indera pembau.
  • Scyphozoa belum memiliki alat respirasi dan ekskresi yang khusus.

Pada umumnya hewan-hewan yang tergolong pada kelas Scyphozoa mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) yaitu keturunan seksual dan aseksual dengan dominan pada medusa. Pada beberapa jenis seperti Aurelia spp. memiliki kelamin yang terpisah antara individu jantan dan betina. Spermatozoid keluar dari lubang mulut medusa jantan dan masuk ke dalam usus medusa betina untuk membuahi telurnya. Hasil pembuahannya adalah zigot yang akan berkembang menjadi blastula dilanjutkan menjadi larva bersilia disebut planula.

Planula larva dibentuk oleh fertilisasi eksternal; mereka menetap di substrat dalam bentuk polypoid dikenal sebagai polip muda yang disebut skifistoma. Skifistoma kemudian akan membentuk tunas-tunas lateral dan pada aurelia tampak seperti tumpukan piring yang disebut strobila. Kuncup dewasa paling atas kemudian akan melepaskan diri dan menjadi bentuk medusa muda yang dinamakan efira. Efira akan berkembang menjadi bentuk medusa dewasa.

Contoh spesiesnya yang dikenal adalah Aurelia spp. Periphylla periphylla, Nausithoe aurea, Atolla wyvillei, Phyllorhiza punctate, Cassiopea andromeda, Catostylus mosaicus, Mastigias papua, Rhizostoma pulmo, Stomolophus meleagris, Cyanea capillata, dan Chrysaora achlyos

  1. Cubozoa

Pada awalnya Cubozoa termasuk dalam kelas Scyphozoa, atas dasar persamaan anatomi, fisiologi, dan daur hidupnya. Namun kemudian menjadi kelas tersendiri karena Cubozoa memiliki beberapa persamaan ciri dengan Hydrozoa. Cubozoa hanya terdiri dari 1 ordo, 2 famili dan 8 genus dan hanya terdiri dari kurang lebih 30 jenis. Cubozoa dapat ditemukan di hampir seluruh perairan tropis di seluruh dunia terutama di samudera Indo-Pasifik. Adapun beberapa karakteristik dari Cubozoa, yaitu

  • Dominan berbentuk medusa.
  • Adapun ciri khusus dari medusa Cubozoa berbentuk kubus (kubozoid) sehingga dikenal sebagai box jellyfish.
  • Habitatnya pada perairan air laut dan merupakan perenang yang hebat dan cepat dengan kecepatan 6 meter per menit.
  • Memiliki 4 tentakel yang berongga dan panjang mencapai 2 m dan menonjol keluar dari struktur mirip seperti pendulum.
  • Memiliki bentuk kotak dan lensa mata yang kompleks.
  • Memiliki sisi datar yang menyerupai bentuk kubus.
  • Pada sistem pencernaan gastrovaskular memiliki empat sekat di dalam rongga tersebut.
  • Berenang secara horizontal.

Beberapa Cubozoa sangat beracun dan berbahaya karena menghasilkan racun ekstrim seperti pada spesies Chironex fleckeriCarukia barnesi dan Malo kingi. Tentakelnya mampu mengakibatkan kematian bagi yang terkena termasuk pada manusia.

Sistem syaraf dari Cubozoa termasuk yang paling kompleks dibandingkan anggota kelas lainnya, terutama memiliki cincin saraf yang mampu meningkatkan kemampuan pulsing. Selain itu, anggota dari kelas ini memiliki struktur mata ocelli yang unik, lengkap dengan retina, kornea dan lensa. Semua ini tersusun dengan istilah rhopalia, hal ini memungkinkan Cubozoa melihat di daerah yang gelap minim cahaya, dan mampu mendeteksi cahaya dan gelap dengan sangat baik.

Demikian penjelasan mengenai Klasifikasi Coelenterata . Semoga isi artikel bermanfaat.

(baca juga artikel terkait klasifikasi teripang)