Tumbuhan layaknya pula dengan manusia. Mereka hidup dengan di topang banyak hormone untuk membantu perkembangannya. Hormone di sini bekerja untuk membuat tanaman lebih peka terhadap rangsangan fungsi cahaya matahari atau menumbuhkan akar lateral, atau melebatkan buah, atau juga bisa saja berguna untuk membuat tinggi tanaman tersebut. Nama dari hormone tersebut juga berbeda beda dan memiliki fungsi masing-masing seperti fungsi hormone auksin, fungsi hormon giberelin, fungsi hormon sitokinin, fungsi hormon etilen, fungsi hormon asam absisat dan lainnya.
Hormone ini pulalah yang menjadi molekul kimia yang ada dalam tubuh tumbuhan. Maka tak salah jika hampir di semua bagian tanaman terdapat hormone yang berbeda beda, tergantung dengan hormone yang bekerja di sana. Untuk yang berada di ujung akar, maka terdapat hormone yang mamiliki peka terhadap rangsangan akar lateral. Kali ini kita akan mengulas lebih jauh mengenai hormone sitokinin
Sejarah hormone sitokinin
Pada tahun 1950, Skoog dan Miller mencoba mencampurkan DNA sperma yang berasal dari ikan hering dengan kultur jaringan tembakau. Hasilnya, sel sel kultur jaringan tersebut mampu membelah diri. Mereka berdua berusaha untuk mengisolasi zat yang mampu menyebabkan pembelahan sel tadi. Setelah mampu, mereka menyebutnya dengan zat kinetin. Dari kelompok kelompok kinetin inilah yang di sebut dengan sitokinin, yang mana mampu merangsang pembelahan sel atau di kenal dengan proses sitokinesis. Sitokinin ini mampu di isolasi dari tumbuhan angiospermae, gympospermae, jenis-jenis tanaman paku, serta lumut. Zat ini mampu di trasnportasikan melalui beberapa bagian tumbuhan seperti floem, xylem, serta sel parenkim. Jenis dari sitokinin ini ada 2, yakni tipe adenine (seperti kinetin, zeatin, serta BA) dan tipe fenilurea (seperti difenilurea dan tidiazzuron).
Merupakan hormone turunan dari tipe adenine yang memiliki struktur serupa. Kinetin merupakan sitokinin pertama yang pertama kali di temukan karena kemampuannya bisa membelah diri atau bersitokinesis. Hormone ini meskipun bersifat alami, tapi harus di tambahkan secara sintetik, seperti penambahan DNA dari kelapa atau di buat melalui pabrik. Letak hormone sitokinin ini berada di bagian akar, yang mana akan di transportasikan ke seluruh tubuh tanaman melalui jaringan xilem dan floem. Kemudian biosintesis sitokinin bisa terjadi melalui modifikasi adenine bio kimia. Dalam suatu produk mevalonate yang di namai dengan pirofosfat isopentil merupakan suatu isomer, yang mana dapat bereaksi dengan adenosine monophospate. Reaksi ini di butuhkan juga kerja dari enzim isopentenyl AMP syntase. Produk hasilnya adalah isopenthyl adenosin 5 fosfat (AMP isopenthyl). Jenis hormone sitokinin ini berbeda beda, misalnya pada tanaman jagung di sebut dengan zeatin, zeatin ribosida, serta BAP (6 benzilaminopurin)
Setelah kita sudah mengetahui penjelasan mengenai sejarah hormon sitokinin dan apa itu hormon sitokinin, sekarang kita akan menjelaskan mengenai fungsi hormon sitokinin. Berikut adalah penjelasannya :
- Membantu pembelahan sel (sitokinesis) dengan bantuan hormone auksin dan hormone giberelin
- Membantu diferesiensi mitosis
- Merangsang pertumbuhan tunas pada kultur jaringan (namun tidak berhasil optimal pada tanaman yang sudah dewasa)
- Mampu menghentikan pertumbuhan kuncup atas (apikal)
- Mampu merangsang pertumbuhan kuncup samping (lateral)
- Mampu merangsang morfogenesis atau inisiasi seperti pembentukan tunas pada suatu kultur jaringan
- Membantu merangsang perluasan daun melalui pembesaran sel
- Membantu merangsang pemanjangan di titik tumbuh daun (baca : fungsi daun pada tumbuhan)
- Membantu merangsang pembentukan akar cabang
- Membantu pembukaan stomata pada beberapa jenis tumbuhan
- Membantu untuk mengkonversi etioplasts ke kloroplas dengan stimulasi sintesis klorofil
- Menghambat terjadinya proses penuaan pada daun (senescence)
- Mematahkan terjadinya dominasi pada biji
- Berpengaruh pada pertumbuhan kuncup tepi
- Mengatur pertumbuhan tanaman
- Merangsang pembentukan batang pada tanaman
- Mengatur pembentukan bunga dan bagian-bagian bunga
- Merangsang sintesis protein
- Mengatur sintesis RNA dan transkrip lain
- Merangsang transportasi garam mineral dan asam amino ke daun