Perbedaan Respirasi Aerob dan Anaerob Terlengkap pada Makhluk Hidup

Setiap makhluk hidup yang ada di dunia ini tentunya setiap harinya akan mengalami respirasi dan di dalamnya terdapat sistem respirasi. Respirasi yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup sangat berperan penting dalam suplai energi suatu individu. Secara singkat, respirasi dapat diartikan sebagai suatu proses mobilisasi energi yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup yang dilakukan dengan cara memecah senyawa yang memiliki molekul tinggi yang disebut sebagai SET dengan tujuan untuk digunakan menjadi jaringan penyokong dari aktifitas yang dilakukan oleh seorang makhluk hidup tersebut. ( baca : Respirasi pada Tumbuhan )

Seperti yang kita ketahui, bahwa respirasi ini terjadi di setiap makhluk hidup, baik itu hewan ataupun tumbuhan. Secara umum, respirasi pada makhluk hidup dibedakan menjadi 2 macam, yaitu respirasi aerob dan respirasi anaerob. Apa itu respirasi aerbon dan respirasi anaerob ? Respirasi aerob adalah respirasi pada makhluk hidup yang bergantung pada oksigen, sedangkan respirasi anaerob adalah respirasi pada makhluk hidup yang tidak membutuhkan oksigen.

Artikel terkait : Sistem Pernapasan pada Hewan – Sistem Pernapasan Mamalia

Jika dilihat dari definisinya secara singkat sudah tampak jelas perbedaan respirasi aerob dan anaerob. Akan tetapi pada pembahasan kali ini, kita akan membahas lebih detail tentang perbedaan respirasi aerob dan anaerob. Berikut adalah uraian penjelasan dari pembahasan kali ini.

1. Tempat Reaksi

Dalam suatu proses reaksi pada makhluk hidup tentunya hanya akan terjadi pada tempat tempat tertentu. Begitu pula dengan tempat reaksi dari respirasi aerob dan respirasi anaerob. Seperti yang kita singgung di awal, bahwa respirasi aerob ini membutuhkan oksigen. Maka dari itu tempat berlangsungnya reaksi tersebut adalah berada di dalam matriks mitokondria. Adapun tujuan dari respirasi aerob ini adalah memperkecil senyawa organik menjadi anorganik yang nantinya akan menghasilkan energi dengan jumlah 36 ATP. ( baca : Pengertian Anabolisme )

Jika pada respirasi anaerob yang tidak membutuhkan oksigen tersebut, reaksinya akan berlangsung di dalam sitoplasma. Adapun tujuan dari respirasi anaerob ini hampir sama dengan tujuan respirasi aerob, hanya saja pada respirasi anaerob ini hanya menguraikan senyawa organik dan nantinya akan menghasilkan jumlah energi yang lebih sedikit dari respirasi aerob, yaitu hanya 2 ATP saja.

Artikel terkait : Fungsi Ribosom

2. Proses

Perbedaan selanjutnya terletak pada prosesnya. Dimana proses yang terjadi pada respirasi aerobik berlangsung melalui tahapan glikolisis, siklus krebs dan transpor elektron. Proses yang terjadi pada respirasi aerob ini cenderung lebih kompleks dan lebih rumit pula, sedangkan pada respirasi anaerob cenderung lebih sederhana. Adapun proses tahapan pada respirasi anaerob hanya melalui tahap glikolisis.

Proses sederhana yang terjadi pada respirasi aerob dengan bantuan oksigen adalah sebagai berikut:

  • Tahap I – Pada mulanya sitoplasma akan melakukan proses pertukaran kimia serta melakukan pemecahan glukosa terlebih dahulu.
  • Tahap II – Glukosa yang suah disederhanakan tersebut akan dibawa oleh darah kemudian akan disimpan didalam tubuh dan nantinya akan digunakan sebagai sumber energi apabila dibutuhkan.

Artikel terkait : Homeostasis Glukosa dalam Darah Manusia

Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa pemecahan glukosa tersebut dipecah menjadi adenosine triphosphate atau disingkat ATP. Dimana pada proses pemecahan tersebut sel akan melepaskan CO2 sebagai hasil tambahan yang akan dikeluarkan dari dalam tubuh. Akan tetapi, berbeda dengan tumbuhan hijau yang melakukan proses fotosintesis pada tumbuhan dengan menggunakan CO2 sebagai bahan bakarnya kemudian melepaskan O2 yang merupakan hasil utamanya. Adapun rumus singkat dari respirasi aerob adalah: C6H12 + 6O2 = 6CO2 + 6H20

Artikel terkait : Metabolisme Karbohidrat

Berbeda dengan aerobik yang membutuhkan oksigen, pada proses anaerobik ini pada asam piruvat atau ATPnya nantinya akan dikatalis dalam suatu reaksi. Proses katalis pada respirasi anaerob ini bertujuan untuk menghasilkan energi, akan tetapi para proses pembentukan asam laktat nantinya akan mempengaruhi kapasitas dari sel tempat reaksi. ( baca : Organel Sel )

Perbedaan reaksi aerob dan aerob jika dilihat dari segi prosesnya adalah adalah pada proses pembakarannya. Jika pada respirasi aerob terjadi pembakaran yang sempurna karena menggunakan oksigen, akan tetapi pada respirasi anaerob terjadi pembakaran yang tidak sempurna. Selain itu, pada proses respirasi aerob tidak akan menghasilkan asam laktat atau ethanol, akan tetapi pada proses anaerob menghasilkan senyawa tersebut.

Artikel terkait : Siklus Krebs

3. Hasil

Pada respirasi aerob yang menghasilkan energi yang lebih banyak dibandingkan dengan respirasi anaerob ini hasil akhir dari prosesnya berupa ATP, air dalam kondisi sempurna serta karbon dioksida. Maksud dari air kondisi sempurna adalah bahwa semua hidrogen akan lepas dari substratnya pada saat proses yang bereaksi dengan oksigen kemudian menghasilkan air.

ATP inilah yang nantinya akan digunakan sebagai energi dalam tubuh makhluk hidup dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan juga berperan penting dalam pertumbuhan serta perkembangan dari suatu makhluk hidup. Sedangkan air yang diproduksi akan dijadikan sebagai sumber cadangan air dalam tubuh yang nantinya akan digunakan pada saat individu tersebut mengalami kekurangan air. Lalu, karbon dioksida merupakan hasil tambahan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, sehingga nantinya akan dibuang dari dalam tubuh. ( baca : Kebutuhan Makhluk Hidup )

Pada respirasi aerob mendapatkan air kondisi sempurna, maka pada respirasi anaerob kondisi air tidak sempurna. Jika pada respirasi anaerob yang tidak membutuhkan oksigen ini hanya menghasilkan 2 ATP, karbon dioksida serta beberapa elemen yang telah tereduksi. Pada respirasi anaerob ini glukosa tidak dapat dipecah secara sempurna seperti halnya pada respiasi aerob, hal ini membuat hidrogen menjadi bergabung dengan beberapa komponen lain seperti asam piruvat dan asetaldehida. Dimana nantinya akan membentuk suatu etanol dan juga asam laktat.  ( baca : Fungsi Enzim Tripsin )

4. Evolusi

Jika dilihat dari evolusi yang terjadi pada makhluk hidup yang menggunakan respirasi aerob dan anaerob, pada umumnya respirasi anaerob biasanya terjadi sebelum respirasi aerob. Dalam kasus evolusi ini setidaknya terdapat 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan pada suatu individu.

Faktor pertama adalah bumi dengan level oksigen yang rendah pada saat suatu sel pertama organisme mengalami suatu perkembangan akan menyebabkan relung ekologi menjadi kekurangan oksigen. Faktor kedua adalah pada respirasi anaerob yang hanya menhasilkan 2 ATP ini ternyata dapat memenuhi kebutuhan unisel organisme, akan tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhkan organisme banyak sel. ( baca : Manfaat Ekologi )

Berbeda dengan evolusi pada respirasi aerob yang dapat terjadi karena ada oksigen, baik itu di udara, air ataupun tanah untuk digunakan sebagai proses oksidasi hingga reduksi. Sehingga tidak mengherankan apabila hasil ATP dari proses respirasi aerob ini lebih besar. Hal inilah yang membuat spekulasi bahwa organisme yang melakukan respirasi aerob akan mudah tumbuh dan berkembang. Selain itu, apabila terjadi seleksi alam pada suatu makhluk hidup, maka yang akan mudah beradaptasi adalah mereka yang melakukan respirasi aerob.

Artikel terkait : Hewan yang Hampir Punah – Tumbuhan yang Hampir Punah

Contoh Infeksi

Organisme anaerob yang tidak membutuhkan udara ini ternyata dapat menyebabkan berbagai penyakit ataupun infeksi. Pada umumnya kuman dapat ditemukan pada mulut, vagina, kulit dan saluran pencernaan. Beberapa contoh penyakit yang disebabkan oleh organisme anaerob diantaranya tetanus, gangren dan botulisme. Akan tetapi, organisme tersebut bisa berkembang lebih lanjut dan dapat menyebabkan infeksi pada suatu organisme. ( baca : Reproduksi Bakteri )

Adapun contoh infeksi yang disebabkan oleh anaerob diantaranya:

  • Mulut – Pada mulut biasanya akan terjadi infeksi seperti gusi berdarah, pembengkakan gusi, gusi bernanah dan juga bau mulut yang tidak sedap.
  • Paru Paru – Pada paru paru biasanya akan timbul penyakit pneumonia, empiema atau infeksi pada selaput pembungkus paru paru, abses paru paru dan pelebaran pada bronkusnya. ( baca : Kapasitas Vital Paru Paru )
  • Rongga Perut – Pada rongga perut biasanya akan timbul penyakit peradangan selaput rongga perut dan peradangan usus buntu yang biasanya dapat ditandai dengan sakit perut pada bagian kanan ataupun kiri dan dipastikan dengan cara rentogen.
  • Saluran Kelamin Wanita – Pada saluran kelamin wanita biasanya dapat menyebabkan radang panggul, peradangan pada dinding rahim, keguguran dan bayi lahir prematur, keadaan ini membuat seorang wanita harus benar benar menjaga daerah kelaminnya agar terhindar dari serangan bakteri tersebut. ( baca : Alat Reproduksi Wanita )
  • Kulit – Pada kulit biasanya bakteri tersebut dapat mengakibatkan ulkus yang hanya dapat terjadi pada penderita diabetes saja, infeksi kulit yang dapat mengakibatkan kulit ruam serta luka yang menyerupai gigitan serangga. ( baca : Bagian Bagian Kulit Manusia dan Fungsinya )
  • Darah – Pada darah biasanya akan ditemukan beberapa bakteri anaerob dengan melakukan tes darah, pada kondisi ini bakteri tersebut disebut sebagai bakteremia.
  • Saraf – Pada sistem saraf pusat, bakteri tersebut dapat mengakibatkan terjadinya pemebentukan abses di otak dan juga pada susunan saraf tulang belakang.

Nah, itulah pembahasan lebih lanjut mengenai perbedaan respirasi aerob dan anaerob yang dilihat dari segi tempat terjadinya, prosesnya, hasil akhirnya dan evolusi perkembangannya. Selain itu juga terdapat contoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerob yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Semoga bermanfaat !