Platyhelminthes merupakan nama latin dari cacing pipih. Dimana semua jenis Platyhelminthes memiliki sifat hermaprodit. Secara umum, Platyhelminthes sendiri memiliki karakteristik sendiri, yaitu tubuhnya yang sangat pipih, lunak dan bagian tubuhnya simetri bilateral. Bagian tubuhnya juga dibedakan sangat jelas antara dorsal dengan ventral dan posterior dengan anterior. Selain itu, cacing pipih ini memiliki sifat tripoblastik yang artinya pada dinding tubuh mereka setidaknya terdapat 3 lapisan, yaitu lapisan endoderm, lapisan eksoderm dan lapisan mesoderm. Setiap makhluk hidup tentu memiliki klasifikasinya masing masing, lalu apa saja klasifikasi Platyhelminthes ini ? Berikut adalah pembahasannya. ( baca : Filum Nemathelminthes )
1. Kelas Turbellaria
Klasifikasi Platyhelminthes yang pertama adalah kelas Turbellaria. Sebagian besar Platyhelminthes yang masuk kelas ini biasanya hidup dengan bebas di alam, akan tetapi beberapa diantaranya hidup sebagai parasit. Tempat hidupnya sangat beragam, ada yang hidup di ekosistem air tawar, terestrial ataupun di laut. Bentuk tubuhnya menyerupai daun, akan tetapi tidak bersegmen dengan memiliki bulu getar yang terletak pada jaringan epidermisnya serta bagian intestimunnya bercabang. Sedangkan untuk panjangnya sekitar 6-15 mm, perlu diketahui bahwa Platyhelminthes kelas ini tidak memiliki darah. Adapun contoh Platyhelminthes kelas ini salah satunya adalah Dugesia trigina atau Cacing Planaria yang merupakan hewan yang hidup di air tawar ataupun air yang selalu mengalir setiap harinya, bisa juga hidup dibebatuan atau dedaunan yang sudah jatuh. ( baca : Ciri Ciri Ekosistem Air Tawar )
- Karakteristik
Karakteristik yang dimiliki oleh Turbellaria diantaranya adalah beberapa diantaranya merupakan predator atau sering disebut sebagai pemakan bangkai makhluk hidup. Untuk yang hidup didaratan, mereka akan aktif bekerja dimalam hari dan mereka akan hidup ditempat yang lembab dan diantara dedaunan serta kayu yang telah melapuk. Mereka jarang diketahui oleh makhluk hidup lain karena memiliki warna yang hitam, beberapa diantaranya memiliki warna coklat kadang keabu-abua. ( baca : Contoh Simbiosis Predasi )
Bagian tubuhnya tidak memiliki lapisan luar, akan tetapi beberapa diantaranya memiliki syncitum yang merupakan sekumpulan sel yang tersusun atas beberapa bagian inti dan membran ekstrenal. Meskipun demikian, sebagian besar jenis ini kulitnya hanya tersusun atas satu lapisan sel saja, dimana masing masing diantaranya memiliki silia yang merupakan alat gerak dan perlu diingat bahwa beberapa diantaranya tidak memiliki silia. Dalam tubuh Turbellaria ini terdapat banyak kelenjar yang dapat ditemukan pada lapisan otot kulit bawahnya yang berhubungan dengan pori porinya untuk mengeluarkan lendir, zat serta pelekat.
Artikel terkait : Klasifikasi Cacing Tanah – Daur Hidup Taenia Saginata
- Reproduksi
Untuk reproduksinya, cara berkembang biak hewan cacing platyhelminthes kelas Turbellaria ini biasanya berkembang biak dengan cara mengkloning dirinya sendiri, akan tetapi untuk jenis Acoel, mereka akan berkembang biak dengan cara bertunas. Perlu diketahui bahwa seluruh kelas Turbellaria ini merupakan organisme hermafrodit yang berarti memiliki sel reproduksi jantan serta betina, lalu mereka akan membuahinya dengan cara internal melalui kopulasi. Untuk spesies yang hidup di akuatik, mereka akan melakukan reproduksi dengan cara penis fencing atau adu penis yang artinya masing masing dari mereka akan berusaha untuk menghamili individu lainnya, dimana yang kalah diharuskan untuk mengembangkan telur tersebut.
Sebagian besar Platyhelminthes memiliki ovarium yang dibagi menjadi 2, dimana salah satunya digunakan untuk menghasilkan ovum, sedangkan yang lainnya digunakan untuk menghasilkan sel kuning telur yang nantinya akan digunakan untuk memelihara embrio yang berkembang. Meskipun demikian, beberapa spesies lain ovariumnya tidak terbagi menjadi 2, dimana sel telurnya sudah mengandung kuning telur sekaligus.
Artikel terkait : Ciri Ciri Platyhelminthes
2. Kelas Trematoda
Klasifikasi platyhelminthes yang kedua adalah Trematoda. Platyhelminthes kelas trematoda merupakan jenis cacing yang hidup sebagai parasit pada makhluk hidup vertebrata. Ciri khusus dari cacing ini adalah memiliki lapisan tubuh yang dilapisi oleh kutikula yang mana cacing ini biasa disebut sebagai cacing penghisap. Adapun contoh dari kelas ini salah satunya adalah cacing hati atau Fasciola hepatica. ( baca : Daur Hidup Fasciola Hepatica )
Kelas trematoda ini memiliki banyak spesies yang tersebar dipenjuru dunia, dimana jumlah spesiesnya diperkirakan mencapai 18.000 hingga 24.000 spesies yang nantinya jumlah tersebut akan terbagi menjadi 2 sub kelas lagi. Untuk jenis Aspidogastrea nantinya akan memiliki kurang lebih 100 spesies yang akan hidup sebagai parasit pada molusca, lalu Digenea yang nantinya hidup sebagai parasit pada vertebrata serta molusca dan Monogenea merupakan cacing parasit dengan bentuk yang menyerupai ular.
Artikel terkait : Hewan Vertebrata dan Invertebrata
- Reproduksi
Sistem reproduksi pada Trematoda adalah hermaftodit yang artinya dalam tubuh mereka terdapat organ reproduksi jantan dan betina sekaligus. Akan tetapi biasanya mereka akan memiliki 2 testis, yang mana saluran spermanya akan terhubung dibagian bawah tubuh bagian tengah depannya. Perlu dicatat bahwa sistem ini sangat bervariasi untuk masing masing jenisnya, tergantung dari struktur yang dimiliki oleh spesiesnya. Meski demikian, sistem seperti ini biasanya dalam tubuh mereka sudah terdiri atas tempat untuk menyimpan sperma dan kelenjar aksesori.
Untuk trematoda yang memiliki ovarium tunggal, nantinya akan terhubungkan melalui saluran khusus untuk menghasilkan kuning telur. Dimana setelah telur tersebut lepas dari ovarium, maka akan berjalan menuju kelenjar Mehlis yang merupakan tempat terjadinya pembuahan. Kelenjar tersebut akan membuka secara perlahan dan akan memanjang untuk mencapai organ reproduksi jantan. Setelah itu, keduanya akan bertemu dan terjadilah pembuahan.
Artikel terkait : Daur Hidup Cacing Perut
- Infeksi
Cacing jenis ini biasanya akan menginfeksi manusia pada umumnya yang hidup diwilayah Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Timur Tengah. Maka dari itu, kita harus berhati hati terhadap segala sesuatu yang memang mengandung banyak bakteri seperti lingkungan yang dekat dengan limbah, tempat yang lembab dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan Trematoda ini akan hidup dan berkembang ditempat tersebut. Selain itu, Trematoda juga adapat ditemukan pada kotoran manusia yang terkadang dijadikan sebagai pupuk. Adapun salah satu jenis penyakit yang disebabkan oleh Trematoda ini adalah Schistosomais atau demam siput yang merupakan penyakit cacing parasit. ( baca : Daur Hidup Cacing Kremi )
3. Kelas Cestoda
Untuk klasifikasi platyhelminthes yang ketiga adalah kelas Cestoda. Untuk cacing yang masuk pada kelas ini memiliki ciri khas, yaitu memiliki bentuk tubuh yang lebih pipih dan memanjang seperti pita, sehingga beberapa orang menyebutnya sebagai cacing pita. Pada cacing pita ini, bagian tubuhnya akan dibedakan menjadi 2, yaitu bagian kepala dan strobilus. Dimana pada setiap bagian strobilus ini tersusun atas rangkaian segmen yang dinamakan sebagai proglotid yang terbentuk karena terjadinya pembelahan secara transversal didaerah leher, lalu didalamnya terdapat organ reproduksi jantan dan betina. Biasanya cacing ini akan hidup sebagai parasit yang dapat ditemukan pada hewan sapi dan babi. Selain itu, cacing pita ini biasanya akan hidup sebagai parasit pada makhluk hidup vertebrata. Cacing ini juga dapat masuk pada sistem pencernaan pada manusia pada saat manusia mengkonsumsi daging yang tidak dimasak dengan benar, contohnya disini adalah daging sapi dan ikan. ( baca : Daur Hidup Cacing Pita )
- Anatomi
Bagian kepalanya atau scolex akan menempel pada bagian usus inangnya. Sedangkan untuk beberapa spesies, bagian kepalanya ini akan didominasi oleh semacam tentakel yang nantinya akan digunakan sebagai alat penghisap. Yang paling penting disini adalah bahwa dalam ilmu kedokteran sendiri, bagian kepala dari cacing ini merupakan bagian yang seringkali tidak terdeteksi atau disadari oleh para medis ketika sedang melakukan pemeriksaan pada bagian dalam tubuh pasien. Akan tetapi terdapat cara lain untuk mengidentifikasinya, yaitu dengan cara menganalisa kotoran yang dikeluarkan oleh pasien karena disitulah biasanya cacing tersebut ikut keluar. ( baca : Manfaat Biologi di bidang Kedokteran )
Untuk sistem sarafnya, Cestoda ini memiliki ganglion otak yang merupakan sistem saraf motorik serta sensorik. Saraf yang dimiliki cacing jenis ini biasanya lebih kecil dan memiliki fungsi tugas sebagai memasok otot dalam tubuh yang terdapat pada ujung saraf sensorik. Saraf tersebut tentunya digunakan untuk perangsang tubuh mereka dan sebagai kekuatan untuk menggerakan tubuh mereka.
Artikel terkait : Sistem Pernafasan Hewan Invertebrata
- Reproduksi
Sistem reproduksi cacing pita ini sama seperti jenis yang sebelumnya, yaitu memiliki sistem reproduksi jantan serta betina yang terdapat pada tubuh mereka. Untuk ovariumnya sendiri memiliki saluran rahim dan telur yang saling berhadapan yang akan difungsikan sebagai organ reproduksi jantan. Disisi lain terdapat lubang ekstrenal yang nantinya akan digunakan sebagai sistem reproduksinya. Lubang tersebut dapat ditemukan pada permukaan atrium, bentuknya pun menyerupai cangkir.
Artikel terkait : Morfologi Cacing Tanah
Itulah klasifikasi platyhelminthes yang disertai dengan ciri ciri, reproduksinya dan pembahasan lainnya mengenai masing masing Platyhelminthes tersebut. Semoga bermanfaat !