Indonesia memiliki garis pantai kurang lebih 99.000 km dan termasuk dalam 10 negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Negara dengan garis pantai terpanjang memiliki kekayaan jenis jenis sumber daya alam kelautan yang melimpah. Ini dapat dilihat dari julukan negara megabiodiversitas yang ditujukan pada Indonesia. Bukan hanya karena keanekaragaman hayati di Indonesia yang melimpah, biota laut yang dimiliki juga termasuk yang paling kaya jenisnya. Salah satunya adalah rumput laut.
Rumput laut (Seaweed) merupakan komoditi yang paling banyak dicari dan dimanfaatkan oleh manusia. Dalam klasifikasi makhluk hidup, rumput laut termasuk dalam kelompok algae (ganggang). Rumput laut adalah sebutan umum untuk kelompok organisme makroskopik dan multiselular berupa algae yang hidup di habitat air laut. Anatomi tubuhnya berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi karena tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati. Sebaliknya, rumput laut memiliki thallus yang menggantikan fungsi akar pada tumbuhan. Thallus menyerap zat nutrisi untuk kebutuhan fotosintesis. Proses fotosintesis pada tumbuhan rumput laut terjadi karena memiliki pigmen warna seperti klorofil.
Keberadaan rumput laut merupakan salah satu cara menjaga keseimbangan ekosistem laut. Rumput laut adalah sumber fitoplankton yang menjadi produsen utama dalam ekosistem perairan. fitoplankton adalah jenis jenis plankton yang mampu berfotosintesis. Oleh karena itu keberadaan rumput laut sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan. Selain itu manfaat rumput laut antara lain:
- Bidang makanan – sebagai sumber protein sel tunggal. Beberapa makanan di dunia juga menggunakan rumput laut sebagai bahan utamanya, misalnya sushi, ramen dan sebagainya. Rumput laut juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak
- Bidang kosmetik – dipercaya memiliki kandungan antioksidan yang tinggi dan mampu mencegah tanda tanda penuaan sehingga banyak dijadikan campuran bahan kosmetik.
- Bidang kesehatan – memiliki kandungan sebagai antikanker, antikoagulan darah, serta antibiotik.
- Bidang ekologi – rumput laut menyerap mineral dan zat anorganik yang terlarut dalam air untuk proses fotosintesisnya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alat filtrasi air dan membuat habitat yang cocok bagi biota laut lain dengan menyediakan nutrien yang dibutuhkannya.
Banyaknya manfaat yang dimiliki rumput laut menjadikan organisme ini banyak diambil dari habitatnya. Akibatnya jumlah produsen dalam rantai makanan di ekosistem laut akan berkurang. Ini menyebabkan terganggunya aliran energi dalam ekosistem laut. Agar ini tidak terjadi, maka dilakukan budidaya rumput laut sehingga rumput laut masih bisa dimanfaatkan namun juga tidak mengganggu ekosistem laut itu sendiri.
Budidaya
Pembudidayaan rumput laut penting dilakukan agar pemanfaatan rumput laut untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup semakin optimal namun tidak mengganggu kondisi homeostasis habitat aslinya. Pembudidayaan rumput laut tidak lepas kaitannya dengan cara perkembangbiakannya. Tanpa mengetahui cara perkembangbiakan tumbuhan ini, maka budidaya rumput laut tidak akan berjalan dengan baik. Rumput laut berkembang biak dengan 2 cara yaitu vegetatif dan generatif.
- Perkembangbiakan vegetatif rumput laut dilakukan dengan cara vegetasi, konjungasi, penyetekan atau peleburan dinding sel dan penyebaran spora.
- Perkembangbiakan generatif dilakukan dengan perkawinan antar gamet.
Menentukan teknik atau metode yang sesuai untuk membudidayakan rumput laut adalah langkah yang harus diambil oleh petani rumput laut. Kondisi ekonomi dan lingkungan harus menjadi pertimbangan utama. Metode Pembudidayaan Rumput Laut dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu metode lepas dasar, metode rakit apung, dan metode tali panjang.
1. Metode Lepas Dasar (Off-bottom Method)
Metode ini dilakukan dengan cara menanamkan pasak atau patok berukuran panjang 1 – 1,5 meter kedalam dasar perairan. Metode ini cocok digunakan apabila areal budidaya berpasir atau berlumpur. Sangat tidak direkomendasikan menggunakan metode ini pada daerah dengan jenis jenis terumbu karang yang melimpah. Metode lepas dasar merupakan metode yang paling mudah dibuat namun jarang digunakan karena menghasilkan produksi rumput laut paling sedikit.
Bahan dan cara budidaya dengan metode lepas dasar adalah:
- Pasak yang digunakan biasanya berdiameter 5 – 10 cm lalu ditancapkan sedalam 0,5 meter. Jarak antara kedua pasak adalah sejauh 4 – 5 meter.
- Tali polypropylene 3 mm kurang lebih sepanjang 5 meter dikaitkan pada kedua pasak. Pengikatan dilakukan setinggi 20-30 cm dari dasar laut. Alasannya agar saat surut, bagian rumput laut masih terendam oleh air laut.
- Ikatkan tali rafia atau tali lain pada tali polypropylene 3 mm dengan jarak 20 -25 cm. Tali ini digunakan sebagai tempat mengikat bibit rumput laut.
- Bibit rumput laut diikatkan pada tali rafia yang sudah disediakan.
Kelebihan metode ini adalah:
- mudah dibangun dan diatur
- tidak membutuhkan biaya besar
- tali dapat disiapkan saat di pantai
- pasak dapat menggunakan kayu apa saja
- tempat budidaya mudah dijangkau
Sedangkan kekurangan metode ini adalah :
- sulit menemukan area yang cocok
- rentan terhadap ombak dan gangguan biota lain
- tidak bisa dipindahkan
2. Metode Rakit Apung (Raft/Floating Method)
Metode ini dilakukan dengan bahan yang membuat bibit rumput laut dapat mengapung baik saat pasang maupun surut. Untuk membudidayakan rumput laut dengan cara ini dapat menggunakan bambu atau tumbuhan bakau yang dapat mengapung di permukaan laut. Bambu atau kayu sepanjang 2,5 meter diikat membentuk persegi lalu ikatkan polypropylene 3 mm dengan jarak 10 – 15 meter. Dengan metode ini dapat diikatkan 225 bibit rumput laut didalamnya.
Metode rakit apung ini lebih banyak menghasilkan produksi berbagai jenis jenis rumput laut dibandingkan metode lepas dasar. Keuntungan metode rakit apung adalah:
- dapat digunakan di perairan dangkal maupun dalam
- dapat digunakan pada perairan dengan dasar yang berkarang
- mudah dipindahkan
- pembudidayaan dapat dilakukan saat dipantai
- kayu yang digunakan mudah ditemukan
- produksi lebih banyak
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah:
- Membutuhkan bahan yang bisa mengapung
- dapat rusak apabila terkena ombak besar
- membutuhkan banyak tenaga untuk membawanya
3. Metode Tali Panjang (Longline Method)
Metode ini memiliki banyak kemiripan dengan metode rakit apung. Perbedaan dari keduanya adalah tali yang digunakan lebih tebal yaitu dengan diameter ketebalan sebesar 10 – 15 mm. Sama halnya dengan metode rakit apung, tali ini diikatkan pada bambu atau plastik pengapung lalu diikatkan tali rafia sebagai tempat untuk mengikat rumput laut.
Kelebihan dari metode ini adalah:
- dapat dibuat dimanapun
- bibit rumput laut tumbuh lebih cepat
- mudah untuk dipindahkan
Sedangkan kekurangan metode ini adalah:
- harga tali tebal dan pengapung plastik mahal
- mudah rusak oleh motor boat
- tidak mudah memasang dan memanennya
Selain itu, yang terpenting adalah menjaga rumput laut dari perusaknya. Perusak rumput laut dapat berupa predator alami (ikan baronang dan buntal, kura kura, bulu babi), atau faktor lingkungan seperti infeksi jamur dan badai. Pencegahannya adalah dengan membudidayakan ditempat yang jauh dari ekosistem terumbu karang, habitat ikan baronang dan predator alami rumput laut lainnya. (baca juga : klasifikasi rumput laut dan pelestarian biota laut).