Cacing gelang atau dalam bahasa latinnya adalah Ascaris lumbricoides termasuk ke dalam klasifikasi animalia. Cacing gelang ini menginfeksi sistem pencernaan pada manusia sebagai inang utamanya. Cacing gelang juga disebut sebagai cacing perut karena menginfeksi pada bagian usus manusia, infeksi ini biasa disebut sebagai askariasis.
Manusia dapat terinfeksi cacing ini karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi telur cacing yang telah berkembang (telur berembrio). Distribusi penyebaran cacing ini paling luas (kosmopolitan) dibanding infeksi cacing lain karena kemampuan cacing betina dewasa menghasilkan telur dalam jumlah banyak dan relatif tahan terhadap kekeringan atau temperatur yang panas, terutama di daerah tropis dan sub tropis yang kelembapan udaranya tinggi.
Morfologi dan Daur Hidup
Secara klasifikasi makhluk hidup, pengelompokan hewan cacing gelang termasuk salah satu spesies cacing yang termasuk ke dalam Filum Nemathelminthes, Kelas Nematoda, Ordo Rhabditia, Famili Ascarididae dan Genus Ascaris. Cacing gelang ini tergolong Nematoda intestinal berukuran terbesar pada manusia.
Secara umum, cacing gelang dewasa berbentuk giling (silindris) memanjang, berwarna krem atau merah muda keputihan dan panjangnya dapat mencapai 40 cm. Ukuran cacing betina 20 – 35 cm, diameter 3 – 6 mm dan cacing jantan 15 – 31 cm dan diameter 2.4 mm. Daur hidup cacing ini membutuhkan waktu empat hingga delapan minggu untuk menjadi dewasa. Adapun terdapat tiga daur hidup cacing gelang, sebagai berikut
- Telur
Telur ini terbawa dari kotoran manusia penderita. Telur yang keluar terbagi menjadi dua yaitu telur yang tidak dibuahi dan telur yang dibuahi. Telur yang tidak dibuahi (unfertilized) bisa saja tertelan tetapi tidak menginfeksi. Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur yang dibuahi (fertilized) yang mengandung embrio. Telur akan mengalami kerusakan karena pengaruh bahan kimia, sinar matahari langsung, dan pemanasan 70oC.
Telur yang dibuahi berbentuk bulat lonjong, ukuran panjang 45-75 mikron dan lebarnya 35-50 mikron. Telur yang dibuahi ini berdinding tebal terdiri dari tiga lapis, yaitu lapisan dalam dari bahan lipoid (tidak ada pada telur unfertile), lapisan tengah dari bahan glikogen, lapisan paling luar dari bahan albumin (tidak rata, bergerigi, berwarna coklat keemasan berasal dari warna pigmen empedu). Kadang-kadang telur yang dibuahi, lapisan albuminnya terkelupas dikenal sebagai decorticated eggs. Telur yang dibuahi ini mempunyai bagian dalam tidak bersegmen berisi kumpulan granula lesitin yang kasar. Telur yang tidak dibuahi mempunyai panjang 88– 94 mikron dan lebarnya 44 mikron.
(baca juga artikel daur hidup fasciola hepatica)
- Larva Cacing Gelang
Telur yang telah dibuahi keluar bersama kotoran manusia penderita , di dalam tanah yang lembap dan suhu yang optimal akan berkembang menjadi telur infektif yang mengandung larva cacing. Telur cacing ini memerlukan waktu inkubasi sebelum menjadi infektif. Perkembangan telur menjadi infektif tergantung pada kondisi lingkungan, misalnya temperatur, sinar matahari, kelembapan, dan tanah liat. Umumnya proses waktu dari telur menjadi infekti terjadi selama 18 hari. Telur cacing yang infektif masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar tanah yang mengandung tinja penderita. (baca juga kelainan pada sistem ekskresi)
Jika tertelan telur yang infektif, dan berada di bagian bagian usus halus maka akan menetas dan melepaskan larva infektif (larva rhabditiform) dan kemudian menembus dinding usus masuk ke dalam vena portae hati, mengikuti aliran darah masuk ke jantung kanan dan selanjutnya ke paru-paru dengan masa migrasi berlangsung selama 1– 7 hari. (baca juga artikel kelainan jantung)
Larva tumbuh di dalam bagian bagian paru paru dan berganti kulit sebanyak 2 kali, kemudian keluar dari kapiler, masuk ke alveolus dan seterusnya larva masuk ke bronkus, trakhea, laring, dan kemudian ke faring, berpindah ke oesopagus dan tertelan melalui saliva atau merayap melalui epiglotis masuk ke dalam traktus digestivus dan berakhir sampai ke dalam usus halus bagian atas. Masa migrasi ini berlangsung sekitar 15 hari. Sirkulasi dan migrasi larva cacing dalam darah tersebut disebut lung migration. (baca juga artikel fungsi alveolus dan fungsi paru paru)
- Cacing Gelang Dewasa
Cacing dewasa hidup di dalam lumen usus halus. Mulut cacing ini memiliki tiga tonjolan bibir berbentuk segitiga (satu tonjolan di bagian dorsal dan dua lainnya di ventrolateral) dan bagian tengahnya terdapat rongga mulut (buccal cavity). Cacing jantan mempunyai ujung posterior tajam agak melengkung ke ventral seperti kait, mempunyai 2 buah copulatory spicule panjangnya 2 mm yang muncul dari orifisium kloaka dan di sekitar anus terdapat sejumlah papillae.
Cacing betina mempunyai ujung posterior tidak melengkung ke arah ventral tetapi lurus. Cacing betina juga mempunyai vulva yang sangat kecil terletak di ventral antara pertemuan bagian anterior dan tengah tubuh dan mempunyai tubulus genitalis berpasangan terdiri dari uterus, saluran telur (oviduct) dan ovarium. Cacing dewasa memiliki jangka hidup 10-12 bulan. Perkembangbiakan hewan cacing gelang terjadi dengan kopulasi antara cacing betina dan jantan. Dua bulan sejak infeksi (masuknya telur infektif per oral) terjadi, seekor cacing betina mampu mulai bertelur, yang jumlah produksi telurnya dapat mencapai 200.000 butir per hari. (baca juga artikel cara berkembangbiak hewan)
(baca juga artikel siklus hidup Ascaris lumbricoides)
Gejala Klinis
Infeksi ini sering terjadi pada anak anak dan sering disebut juga cacingan dan juga askariasis. Gejala penyakit cacingan memang tidak nyata dan sering dikacaukan dengan penyakit-penyakit lain. Pada permulaan mungkin ada batuk-batuk dan eosinofilia. Orang (anak) yang menderita cacingan biasanya lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang.
Pada anak- anak penderita, perutnya nampak buncit (karena jumlah cacing dan kembung perut) biasanya matanya pucat dan kotor seperti sakit mata (rembes), dan seperti batuk pilek. Perut sering sakit, diare, nafsu makan kurang. Infeksi cacing gelang pada manusia biasa disebut askariasis.
Sedangkan istilah askariasis dapat diakibatkan dari infeksi fase larva dan dewasa cacing gelang. Gejala klinis pada fase larva, terjadi saat berada di paru. Gejala ini terjadi 4-16 hari setelah infeksi. Pada orang yang rentan terjadi perdarahan kecil di dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru disertai batuk, demam dan eosinofilia. Pada foto thoraks tampak infiltrat yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan ini disebut Sindroma Loeffler. Akumulasi sel darah putih dan epitel yang mati membuat sumbatan menyebabkan Ascaris pneumonitis. Semua gejala ini dinamakan Ascaris pneumonia atau Syndroma loffler. Kelainan ini akan menghilang dalam waktu ± 1 bulan. (baca juga artikel kapasitas vital paru paru)
Pada fase dewasa, cacing gelang telang telah menetap di bagian usus manusia, menyebabkan gejala khas pada saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan maka dapat menyebabkan akut pada bagian perut penderita. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan penyerapan makanan (Malabsorbtion). Keadaan yang serius, bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi penyumbatan pada usus (Ileus obstructive). Infeksi cacing gelang dapat menyebabkan gangguan absorbsi beberapa zat gizi; seperti karbohidrat dan protein, dan cacing ini dapat memetabolisme vitamin A, sehingga menyebabkan kekurangan gizi, defisiensi vitamin A dan anemia ringan. (baca juga artikel daur hidup cacing perut)
Secara umum pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pirantel pamoat, aspirin, paracetamol, dan decolgen. Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar di seluruh dunia, frekuensi terbesar berada di negara tropis yang lembab, dengan angka prevalensi kadangkala mencapai di atas 50%. Angka prevalensi dan intensitas infeksi biasanya paling tinggi pada anak usia 5-15 tahunUntuk penyebarannya di Indonesia, prevalensi askariasis termasuk tinggi, terutama pada anak perempuan. Penyakit ini dapat dicegah di indonesia dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang baik.
(baca juga artikel daur hidup Taenia saginata)